Ganda putri berpotensi hanya mengirimkan Greysia Polii/Apriyani Rahayu di Olimpiade 2020 Tokyo. Mereka tampil tanpa pelapis.
Kualifikasi Olimpiade sudah bergulir sejak April 2019, tapi hanya Greysia/Apriyani yang konsisten di delapan besar pada ganda putri. Mereka menempati peringkat ketujuh road to Olympic saat ini.
Sementara itu, ganda putri lain rankingnya tercecer jauh dari seniornya. Setelah Della Destiara/Rizki Amelia Pradipta dicoret dari pelatnas, praktis ganda putri punya dua pasang. Mereka adalah Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto di posisi 34 dan Ni Ketut Mahadewi Istarani/Tania Oktaviani Kusumah yang menghuni peringkat ke-52.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelatih kepala pelatnas bulutangkis ganda putri, Eng Hian, menyadari situasi itu. Kondisi itu disebabkan kemampuan pebulutangkis putri Indonesia yang standar.
"Kendala di sektor putri kenapa tidak bisa seperti di sektor putra karena kapasitas mereka itu standar rata-rata. Nah, dengan standar ini saya minta mereka bisa gali lebih dalam, ya caranya dengan bermain rangkap," kata Eng Hian kepada detikSport, di pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur.
"Tetapi yang terjadi selama ini tak terjadi. Ketika masuk pelatnas mereka sudah terkotak-kotak," dia menjelaskan.
Padahal, kata pelatih yang karib disapa Koh Didi ini, bermain rangkap sangat besar sekali pengaruhnya dan untuk mengeksplorasi akan lebih cepat.
"Tapi kalau begini terus kemudian sektor putri mengharapkan seperti Apriyani dan Liliyana Natsir berarti nunggu buah matang. Seharusnya champions to be born, harusnya kan champions to be made," ujar pria berusia 42 tahun ini.
Eng Hian sendiri sedikit bisa bernapas lega karena Apriyani bisa bermain rangkap. Selain ganda putri bersama Greysia, dia juga dipasangkan dengan Tontowi Ahmad di ganda campuran. Hanya saja, untuk ganda putri lainnya dia masih perlu mencari ramuannya.
"Untuk menyiapkan yang muda dengan kondisi dan program sekarang ya mau tak mau caranya dengan utak atik komposisi pasangan, karena saya tak bisa champions to be made, saya cari pasangan yang paling terbaik," dia menjelaskan.
"Bukannya saya sebagai pelatih tak punya program tapi saya harus begitu. Terlebih dengan kondisi atlet standar tak bisa dieksplor lebih. Maka itu, kalau bisa main rangkap itu akan lebih mudah," dia menegaskan.
(mcy/fem)