Pelatih kepala Richard Mainaky angkat bicara soal status magang Tontowi Ahmad sebelum pensiun. Dia sudah merekomendasikan status lain untuk pemain 32 tahun itu.
Tontowi memutuskan gantung raket dari dunia bulutangkis, Senin (18/5/2020). Keputusan peraih emas Olimpiade 2016 itu sejatinya tak mengejutkan. Pasalnya, isu dia akan pensiun sudah muncul sejak Februari lalu.
Justru alasan dibalik pensiunnya Owi itu yang kini menjadi pertanyaan besar. Dia memilih gantung raket disinyalir salah satunya karena status magang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau soal itu semua keputusan ada pada PBSI. Saya sudah bicara dengan Tontowi bahwa pelatih itu sebatas mengusulkan. Memang Binpres itu awalnya meminta nama-nama untuk 2020. Biasanya, sebelum akhir tahun dari Binpres minta nama-nama SK untuk utama, pratama, dan magang/sparing," kata Richard membuka perbincangan dengan detikSport, Rabu (20/5/2020).
Ketika itu, sebut Richard, dia dan Nova Widianto (asisten pelatih ganda campuran) sudah memasukkan nama Tontowi dalam daftar usulan SK Utama tapi dengan catatan khusus. Pasangan Tontowi sebelumnya, Winny Oktavina Kandow, harus juga disiapkan pasangannya.
"Kan sempat ada permintaan Tontowi minta ganti pasangan dengan Apriyani Rahayu. Artinya dengan permintaan itu otomatis Winny harus saya pasangkan kembali dengan Akbar Bintang Cahyono," dia menjelaskan.
"Sementara, Akbar ini sebelumnya telah masuk ganda putra. Jadi saya bicara dengan Herry Iman Pierngadi (pelatih ganda putra) dan Susy Susanti (Kepala Binpres) dan mereka setuju," lanjutnya.
Dalam prosesnya, perubahan daftar itu memunculkan masalah baru. Kuota ganda campuran menggemuk, sementara kapasitasnya hanya cukup untuk 12 orang. Di sisi lain, Tontowi juga harus mengikuti program Apriyani, yang juga difokuskan untuk Olimpiade Tokyo bersama Greysia Polii.
"Kalau dari sisi kami inginnya Tontowi tetap utama. Sementara PBSI (melihat Tontowi) itu tidak ada partner dan pertandingan bagaimana karena mengikuti Apriyani. Jadi SK (magang) itu turun dari PBSI mungkin karena pertama tak ada partner dan melebihi kuota," katanya.
Richard mengatakan, saat menentukan keputusan akhir penetapan atlet, pelatih memang tidak dilibatkan. Hanya tim Pembinaan Prestasi dan pengurus PP PBSI. Sedangkan jalur pelatih hanya sebatas kepada Kepala bidang Pembinaan Prestasi.
"Jadi menurut saya, kami sudah mengusulkan tapi itu sudah menjadi keputusan akhir PBSI dan kita harus menghargai," kata Richard menegaskan.
(mcy/cas)