Meskipun pencoretan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dari Pelatnas belum pasti, namun keduanya dinilai masih pantas diberi kesempatan.
Legenda bulutangkis Christian Hadinata yang menyampaikan pendapat tersebut, menyusul rumor Praveen/Melati, Gloria Emanuelle Widjaja terdegradasi dari daftar pemain penghuni Pelatnas tahun ini.
Ketiga nama ini menjadi pembicaraan dalam beberapa waktu terakhir. Selain karena prestasi mereka yang kian meredup, khusus Praveen/Melati disinyalir punya masalah nonteknis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harusnya ada kesempatan lagi untuk mereka berdua memperbaiki. Saya rasa penting bagi pemain dan pelatih untuk berdiskusi. Atlet juga mungkin punya pembelaan atau permasalahan, nah itu yang mesti dibicarakan antara kedua belah pihak. Jadi awalnya itu dulu," kata Christian kepada detikSport, Jumat (7/1/2021).
Jika ternyata satu sama lain merasa sudah tidak ada kecocokan, sebut Christian, maka pelatih harus bisa mengingatkan kembali bahwa prestasi yang selama ini Praveen/Melati raih ialah karena mereka berpartner.
"Kalau Melati dengan orang lain belum tentu bisa juara All England, begitu sebaliknya. Jadi mesti diingatkan lagi bahwa mereka itu pernah bagus dan maju bareng-bareng sampai juara All England. Jika Praveen bilang sudah tidak cocok, ingin partner lain, artinya harus mulai dari nol lagi dan jadi tanda tanya besar apakah bisa juara All England lagi jika tidak berpartner dengan Melati."
"Sama dengan Melati juga diingatkan, jika tak cocok dengan Praveen, sama siapa? Nah, hal-hal seperti itu kan sebenarnya sederhana, tapi harus diingatkan kepada mereka," Christian menegaskan.
Seiring itu, Praveen/Melati juga harus memiliki komitmen dan tanggung jawab yang benar. Termasuk terhadap pelatihnya, Nova Widianto.
"Tapi jika pelatihnya sudah berusaha keras, lalu pemainnya tak komitmen, ya salah juga. Jadi harus kedua belah pihak punya komitmen yang seimbang. Memang ganda itu rumit dan kami banyak mengalami hal-hal seperti itu. Tapi pada bagian besar bisa kok diselesaikan dengan baik," kata juara dunia bulutangkis 1980 ini.
Hal lain yang juga menjadi pertimbangan Christian jika terlalu cepat mendegradasi Praveen/Melati ialah PBSI akan kehilangan memiliki pemain ganda campuran berpotensi. Terlebih, komposisi mix double juga tidak banyak-banyak sekali di Pelatnas.
Selain Praveen/Melati, ganda campuran dilengkapi Hafiz Faizal/Gloria, Rinov Rivaldy/Phita Haningtyas Mentari, Marsheilla GIscha Islami/Andika Ramadiansyah, Akbar Bintang/Winny Oktavina serta tiga pasangan lain.
"Praveen ini punya potensi yang baik. Bukannya tidak bisa, dia bisa. Kalau tidak, dia pasti tidak akan pernah juara dan menjadi apa-apa. Peringkatnya pun masih bagus, kemarin di turnamen BWF Tour Final mereka masuk semifinal," ungkapnya.
"Tinggal pola pikirnya saja diubah. Seperti yang saya katakan, bulutangkis itu ibarat estafet. Praveen/Melati ini merupakan pelari keempat jadi jangan sampai tersalip (pelari lain). Tapi ini sudah disalip ganda campuran Thailand (Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai). Seharusnya setelah menerima tongkat estafet dari Tontowi/Liliyana, tugas Praveen/Melati adalah membawa tongkat itu dengan lari sekencang-kencangnya," kata Christian.
"Makanya, selalu saya bilang penting ada pemikiran jangan berpikir apa yang negara berikan kepada kalian, tapi apa yang kalian berikan kepada negara. Dalam ruang yang lebih sempit bulutangkis dalam kasus Praveen/Melati harus berpikirnya sama."
"Apa yang saya berikan kepada ganda campuran, jangan bilang apa yang ganda campuran bisa berikan kepada saya. Nah, hal-hal ini pelatih harus bisa tukar pikiran dengan atletnya agar mereka termotivasi dan pikirannya jadi terbuka," dia menegaskan.