PBSI Akui Hasil di Japan Open Tak Sesuai Harapan

PBSI Akui Hasil di Japan Open Tak Sesuai Harapan

Mercy Raya - Sport
Minggu, 04 Sep 2022 15:52 WIB
KUALA LUMPUR, MALAYSIA - JULY 03: Fajar Alfian (R) and Muhammad Rian Ardianto of Indonesia compete in the Mens Doubles Finals match against Takuro Hoki and Yugo Kobayashi of Japan on day six of the Petronas Malaysia Open at Axiata Arena on July 03, 2022 in Kuala Lumpur, Malaysia. (Photo by Annice Lyn/Getty Images)
PBSI tegaskan hasil Japan Open 2022 tak sesuai harapan. (Foto: Getty Images/Annice Lyn)
Jakarta -

PP PBSI mengakui hasil di turnamen bulutangkis Japan Open 2022 tak sesuai harapan. Namun begitu, Chico Aura Dwi Wardoyo dkk disebut sudah berjuang maksimal.

Alih-alih bisa memperbaiki hasil di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2022 dengan memboyong gelar, tim bulutangkis Indonesia justru tersingkir di babak yang tidak diduga-duga.

Dari 13 wakil yang diturunkan, satu per satu bertumbangan di babak-babak awal sampai akhirnya tersisa lima wakil di babak perempatfinal turnamen BWF Super 750 tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi jumlah itu pun tak mampu meneruskan langkahnya. Chico Aura Dwi Wardoyo (tunggal putra), Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri), Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra), dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, serta Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi (ganda putri) gagal di babak 8 besar ditaklukkan lawan-lawannya.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rionny Mainaky, menyayangkan hasil yang dipetik tim Indonesia di Japan Open karena tak sesuai harapan.

ADVERTISEMENT

"Memang hasil ini bukan yang kami harapkan, hasilnya kurang baik. Sangat disayangkan," ucap Rionny dalam rilis PBSI, Minggu (4/9/2022).

"Tapi saya melihat anak-anak sudah maksimal terutama yang bertanding di babak perempatfinal. Hampir semua mereka kalah dengan tidak mudah. Mereka berjuang mati-matian dengan lawan yang memang satu level dengan mereka," tambahnya.

Rionny lantas membeberkan faktor yang membuat wakil-wakil Indonesia kalah. Salah satunya terkait kesulitan mengatasi kondisi lapangan dan shuttlecock yang berat.

"Evaluasi terpenting saya adalah bagaimana penyesuaian kami dengan kondisi lapangan dan shuttlecock. Ini terjadi di sini dengan kondisi lapangan yang stabil dan laju shuttlecock yang lambat membuat anak-anak memang agak kesulitan," Rionny menjelaskan.

"Berbeda dengan saat bertanding di Malaysia dan Singapura lalu, dimana anak-anak mampu bermain dengan pola dan teknik terbaik karena shuttlecock-nya kencang," lanjutnya.

"Hal ini sebenarnya sudah kami antisipasi dengan menyiapkan dari Jakarta. Sudah mencoba memakai shuttlecock pertandingan misalnya tapi memang belum cukup. Ke depan harus kami siapkan lebih matang lagi bagaimana medan pertandingan yang akan dihadapi," Rionny mempertegas.




(mcy/cas)

Hide Ads