BNI Sirnas 2023: 'Pasukan' Kuning yang Punya Tugas Penting

ADVERTISEMENT

BNI Sirnas 2023

BNI Sirnas 2023: 'Pasukan' Kuning yang Punya Tugas Penting

Bima Bagaskara - Sport
Rabu, 08 Feb 2023 11:50 WIB
Para hakim garis yang bertugas di BNI Sirnas 20203
Foto: Bima Bagaskara/detikcom
Jakarta -

Ajang BNI Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri A Jawa Barat 2023 melibatkan kiprah 'pasukan' kuning yang pegang peranan penting di setiap pertandingan.

Rangkaian BNI Sirnas 2023 sudah dimulai di kota Bandung, dalam ajang BNI Sirnas Seri A. Ajang ini berlangsung 6-11 Februari 2023 di GOR KONI sebagai GOR utama dan GOR Pajajaran serta GOR Tri Lomba Juang sebagai GOR pendukung.

Ada 1.131 atlet yang turut serta di dalam ajang yang mempertandingkan kelompok pemula (U15), remaja (U17), dan taruna (U19) tersebut. Aksi para atlet muda bulutangkis itu pun rutin menghadirkan sosok-sosok berseragam kuning.

Mereka adalah para hakim garis yang bertugas membantu wasit di BNI Sirnas 2023. Di setiap pertandingan, ada dua hakim garis yang bertugas. Para hakim garis ini duduk di belakang lapangan.

Dalam tugasnya, hakim garis ini harus benar-benar fokus memperhatikan shuttlecock. Jika keluar, hakim garis harus memberi tanda dengan melebarkan kedua tangan. Jika masuk, tangan harus diangkat ke arah depan.

Jamiatul Husni adalah salah satu hakim garis yang bertugas di BNI Sirnas 2023. Perempuan dari PBSI Bekasi ini mendapat tugas di GOR Padjajaran. Menjadi hakim garis, Husni tentu memegang lisensi dari PBSI.

Meski hanya membantu wasit, namun tanggung jawab besar diemban Husni. Dia harus bisa membuat keputusan tepat agar tidak merugikan atlet. Dalam tugasnya, Husni harus bisa melihat dengan jeli saat shuttlecock jatuh.

"Susahnya kalau kok nya cepat, harus memastikan yang diputuskan itu benar, nggak boleh salah jadi harus fokus. Nggak boleh sampai merugikan pemain karena kita bertugas," kata Husni, Rabu (8/2/2023).

Tak jarang, saat menjadi hakim garis Husni tidak melihat shuttlecock jatuh karena terhalang oleh pemain di lapangan. Dalam kondisi itu kata dia, hakim garis dibolehkan untuk menutup mata.

Menutup mata yang dimaksud, menurutnya, adalah memberi kode jika hakim garis tidak melihat shuttlecock jatuh. Sehingga, keputusan diserahkan kepada wasit.

"Tantangan jadi hakim garis kita harus fokus, bisa jadi saat kok jatuh kita nggak terlihat karena ketutupan pemain. Sebenarnya kalau misal benar-benar gngak ngelihat kita bisa kasih tanda tutup mata ke wasit karena kita nggak lihat. Tapi itu harus diminimalisir oleh hakim garis," ungkapnya.

Menjadi bagian dari pengadil di lapangan, hakim garis seringkali menjadi sasaran luapan protes para atlet. Hal itu sudah biasa dialami, termasuk oleh Intan Paramita, hakim garis lainnya yang berasal dari Cianjur.

Sudah setahun lebih Intan menjadi hakim garis ataupun wasit pertandingan bulutangkis. Protes dari pemain sudah menjadi makanannya sehari-hari. Intan mengungkapkan, banyak faktor yang membuat pemain melakukan protes.

"Iya sering (diprotes), karena mungkin memang kalau misalkan level seperti (BNI Sirnas 2023) jarang ya protes karena mereka juga pasti sudah paham aturan. Tapi kalau misalkan kaya event tertentu yang tidak sebesar ini masih banyak karena rata-rata kurang menerima kekalahan," ujar Intan.

Untuk menghadapi luapan protes pemain, Intan mengaku seorang hakim garis hanya bisa mempertahankan keputusannya antara shuttlecock masuk atau keluar. Selebihnya, keputusan dikembalikan kepada wasit.

"Kalau jadi hakim garis ya keputusan kan ada di wasit, kalau jadi wasit bisa mengkoreksi," ucap Intan.

Ia menuturkan, hakim garis harus fokus memperhatikan bidang lapangan vertikal dan horizontal jika hanya dua orang yang bertugas. "Ya kalau dua hakim garis fokusnya leter L besar. Kalau ada empat fokusnya di satu kotak," pungkasnya.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar.

Simak juga Video: BNI Sirnas 2023: Pelatprov Jabar Targetkan Atletnya Juara

[Gambas:Video 20detik]



(bba/krs)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT