PP PBSI secara resmi membidik tiga posisi di Badminton Asia Confederation (BAC), atau yang biasa disebut Badminton Asia, untuk periode 2023-2027. Posisi itu antara lain vice president, secretary general, dan continental representation to BWF.
Adapun ketiga sosok yang dicalonkan induk organisasi bulutangkis Indonesia itu secara berurutan adalah Muhammad Fadil Imran, Armand Darmadji, dan Anton Aditya Subowo. Ketiganya akan bersaing dengan para kandidat dari negara-negara Asia lainnya pada saat Annual General Meeting yang diselenggarakan di Dubai, pada 29 April ini.
President Badminton Asia periode 2019-2023 Anton Aditya Subowo mengungkapkan, langkah yang diambil PBSI dalam mencalonkan wakil-wakilnya dengan jabatan strategis sudah cukup tepat. Terutama peran sebagai secretary general yang dinilai punya posisi penting dalam organisasi Badminton Asia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiga posisi ini memang kunci (dari organisasi). Pertama president itu bukan pelaksana harian, tugasnya hanya pemimpin rapat, jadi figur, dan melakukan lobi-lobi," kata Anton kepada detikSport, pada Kamis (13/4/2023).
"Nah, Sekjen ini yang sangat penting posisinya. Dia itu seperti tiang dan pondasi karena tidak ada perjanjian tanpa tanda tangannya, tapi bisa ada perjanjian tanpa ada tanda tangan presiden. Ibaratnya ibu rumah tangga, pemimpin pelaksanaan organisasinya. Jadi itu sangat luar biasa posisinya," ujarnya.
"Makanya, saya sangat bangga Pak Armand bisa tertarik dengan posisi itu dan mau. Bagi saya itu sangat luar biasa, karena untuk belajar organisasi posisi Sekjen sangat penting. Sementara posisi vice president itu perwakilan dari ketua. Jika tidak ada presiden maka diwakilkan oleh mereka."
Anton menjelaskan ada tujuh kuota yang diperebutkan untuk posisi wakil presiden dengan tiga negara cukup dominan, termasuk salah satunya dari Fadil Imran dari Indonesia. Selain itu, ada dari India (dr Himanta Bisma Sarma) dan Taiwan (Will Chang).
Baca juga: Suka Duka Anton Subowo Pimpin Badminton Asia |
Saat ini, tercatat ada 14 calon yang akan bersaing untuk jabatan tersebut. Selain dari Indonesia, India, dan Taiwan, negara Asia lainnya seperti Maladewa, Yordania, Mongolia, Afghanistan, Saudi, Malaysia, Uni Emirat Arab, Syria, Sri Lanka, Macau, dan Iran juga turut serta berjuang untuk meloloskan wakil-wakilnya.
"Jadi ini menarik juga tak hanya level pimpinan seperti pelaksana harian seperti Sekjen, tapi juga sebagai perwakilan untuk presiden," ujarnya.
Adapun posisi secretary general, pesaing terkuat Indonesia saat ini berasal dari Malaysia yakni Datuk Kenny Goh Chee Kong. Kenny sendiri masih menjabat sebagai Council BWF.
"Kalau kesempatannya luar biasa, insya Allah bisa (menang). Sampai hari ini, saya dapat masukan dari negara-negara bahwa mereka sangat mendukung ada posisi Pak Armand, Pak Fadil, dan saya di-representatif," kata Anton.
"Selama ini kan representatif BWF diwakilkan oleh Lebanon. Nah, kami negara Asia merasa sebaiknya di-represent oleh negara kuat yang memenang negara badminton. Pemikiran itu pula yang akhirnya kami (PBSI) juga berpikir 'Oke kita antar terus sampai 2025'."
"Mudah-mudahan presiden BWF dari Asia, jadi misi saya mengembalikan presiden yang diambil Eropa, oleh Poul Erick, selesai. Walaupun dia lebih Asia, karena beliau sangat support kita sekali dan dekat hubungannya dengan kita," Anton mengungkapkan.
"Cuma kita khawatir, besok-besok kalau (jabatan president BWF) diambil Eropa yang sosoknya tidak dekat. Wah susah nanti jika voting untuk hosting, kita bisa dikucilkan. Nanti hosting-hosting besar dilempar ke sana, dan ini yang sudah mulai mengarah ke sana," dia mempertegas.
Simak wawancara dengan Ketua Komisi Pengembangan Komersial PP PBSI Armand Darmadji soal usaha Indonesia merengkuh tiga posisi di kepengurusan Badminton Asia 2023-2027:
(mcy/cas)