Berpartner dengan 'Pendekar' dari Negeri Matador

Laporan dari Madrid

Berpartner dengan 'Pendekar' dari Negeri Matador

- Sport
Rabu, 01 Okt 2014 12:30 WIB
istimewa.
Madrid -

Walaupun belum menjadi olahraga yang dikenal, namun pencak silat telah memiliki komunitasnya sendiri di Spanyol. Perkembangannya pun diklaim cukup baik.

"Waktu kecil saya belajar pencak silat yang diadakan di KBRI di Spanyol. Waktu itu hanya ada satu tempat latihan pencak silat di Spanyol, ya di sini ini. Tapi saat ini sudah ada 80 sekolah yang mengajarkan silat."

Demikian diungkapkan, Sekretaris II Fungsi Ekonomi KBRI Spanyol, Ghaffar Chalid Lasiniy, kepada detiksport dan kantor berita ANTARA di kantor KBRI di Spanyol di Calle de Agastia 64, Madrid, Selasa (30/9/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ghaffar, WNI yang lahir dan besar di Madrid sampai usia 13, sebelum kembali lagi setahun lalu dan menjadi staf KBRI, mengatakan, banyak orang Spanyol memilih silat karena dianggap memiliki kekhasan sendiri.

"Mereka umumnya mengenal pula bela diri lain seperti kungfu, karate, judo, dan taekwondo. Namun, kebanyakan dari mereka akhirnya memiliki silat karena merupakan perpaduan yang komplit. Gerakannya terlihat gemulai, tapi sesungguhnya kuat. Seninya terasa betul. Beda dengan misalnya karate, yang terkesan lebih kaku," tutur pria 37 tahun itu.

Dalam sejarahnya, pencak silat dibawa ke Spanyol oleh seorang bernama Juan Barrenechea, yang pernah tinggal di Indonesia. Ia lalu mengembangkan olahraga tersebut di kota asalnya, Bilbao, sampai kemudian berhasil membentuk federasi pencak silat Spanyol di awal tahun 80-an. Federasi tersebut bahkan sudah menjadi anggota PERSILAT (Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa) pada tahun 1984. Juan sendiri sudah menyandang predikat "Pendekar Suci".

Dalam website resminya, federasi pencak silat Spanyol menyebutkan bahwa "pendekar-pendekar" mereka telah mengumpulkan lebih dari 100 medali dari berbagai kejuaraan internasional. Aliran mereka terutama Harimau Minangkabau.

"Begitu tahu Indonesia akan melakukan road show ke Eropa, Juan langsung menelpon saya dan meminta datang ke Spanyol," ungkap mantan ketua umum PP IPSI yang juga tokoh pencak silat dunia, Eddy Nalapraya.

Selain menandatangani nota kerja sama, IPSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga akan menyerahkan medali kehormatan kepada Juan, yang dinilai ikut berjasa mengembangkan pencak silat di Eropa terutama di Spanyol.

MoU tersebut rencananya ditandatangani hari ini, Rabu (1/10/2014), di Consejo Superior de Deportes (CSD) di kota Madrid, yaitu satu dari tiga sport science yang ada di Spanyol --selain di Barcelona dan Granada.

Duta Besar RI untuk Spanyol, Yuli Mumpuni Widarso, saat menyambut delegasi dari Jakarta menyambut baik upaya pemerintah dan IPSI untuk menjalin kerja sama khusus dengan Spanyol. Selain supaya silat lebih dikenal lagi di "Negeri Matador", sport tourism di negara tersebut juga sedang gencar-gencarnya dilakukan pemerintah setempat.

"Hubungan bilateral dengan Spanyol yang telah terjalin dengan baik selama ini, semoga bisa semakin ditingkatkan termasuk di bidang olahraga. Karena Spanyol kini sudah menjadi kekuatan besar di dunia olahraga, tak hanya sepakbola tapi juga banyak cabang lain," ucap Yuli.

Ia menjelaskan, Indonesia bisa mendorong Spanyol untuk memiliki federasi silat yang independen, karena selama ini masih di bawah payung federasi karate.

"Mereka sangat terbuka untuk ke arah sana. Bahkan ketua KONI-nya Spanyol bilang pada saya, tolong sekalian bawa CD-CD tentang pencak silat, dia ingin lihat sendiri," kata Dubes yang juga pernah menjabat Sekretaris Menpora itu.

Yuli juga berharap IPSI dan pemerintah lebih aktif untuk melakukan berbagai kerja sama dengan negara-negara Eropa, apabila ingin silat lebih diakui dan ambisi besarnya terwujud: menembus Olimpiade.

"Kita akan berusaha terus supaya silat masuk jadi salah satu kurikulum kepelatihan di badan-badan militer banyak negara termasuk Spanyol, karena kita pernah memberi pelatihan silat ke TNI-nya Prancis selama 6 bulan, juga Aljazair," timpal Deputi Menpora Bidang Pembudayaan Olahraga, Faisal Abdullah.

"Kita harus meningkatan program-program penataran buat perangkat-perangkat cabang pencak silat, seperti wasit, pelatih, fisioterapi dan lain-lain, karena negara-negara Eropa sangat membutuhkan itu. Jangan sampai mereka berpaling ke negara-negara lain yang perkembangannya juga kian meningkat seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam," sambungnya.





(a2s/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads