'Sejak Awal Target Indonesia di Asian Games Memang Tak Realistis'

'Sejak Awal Target Indonesia di Asian Games Memang Tak Realistis'

- Sport
Senin, 06 Okt 2014 17:58 WIB
Rengga Sancaya/detikSport
Jakarta - Indonesia gagal memenuhi target di Asian Games XVII/2014 di Incheon, Korea Selatan. Target yang dipatok memang dinilai tak realistis dan ditunjang persiapan yang amburadul di sana sini.

Indonesia menyudahi Asian Games dengan ada di urutan ke-17 dengan koleksi empat medali emas, lima perak, dan 11 perunggu. Hasil itu bahkan tak memenuhi separo emas yang ditargetkan sebelum menuju Incheon, sembilan emas.

Empat emas itu disumbangkan dari nomor ganda putra dan putri bulutangkis, cabang atletik di nomor lompat jauh, dan wushu. Menilik target yang dibuat sebelum berangkat, hanya bulutangkis dan wushu yang benar-benar memenuhi target. Adapun lompat jauh menjadi hasil kejutan yang diberikan Maria Natalia Londa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cabang lain yang sebelumnya dipatok emas adalah soft tennis, rowing, boling, berkuda, wushu, balap sepeda. Menjelang keberangkatan tiba-tiba voli pantai juga didapuk sebagai sumber emas.

Tak cuma menunjukkan hasil mengecewakan dalam persaingan Asia, Indonesia juga tak bertaring di level Asia Tenggara. Indonesia hanya ada di urutan keempat . Thailand yang ada di peringkat keenam menjadi yang terbaik dengan raihan 12 emas, tujuh perak, dan 28 perunggu.

Malaysia mengikuti di peringkat ke-14 dengan perolehan lima emas, 14 perak, dan 14 perunggu. Singapura tepat berada satu trap di bawah Malaysia dengan mengumpulkan lima emas, enam perak, dan 13 perunggu.

"Kalau menurut saya target itu bukan meleset, tapi memang sejak awal sudah salah perkiraan. Mereka tak realistis memasang target. Ada kalanya PB itu menyodorkan target yang tak relevan dan disetujui begitu saja oleh Prima," kata Ivana Lie, mantan pebulutangkis yang juga pernah menjabat sebagai staff ahli menteri.

Ya, pada beberapa cabang olahraga patokan target emas entah didapat dari mana. Sebab, tak ada kejuaraan internasional yang diikuti menjelang Asian Games. Selain itu, sudah menjadi rahasia umum jika beberapa cabang olahraga lolos menjadi peserta pelatnas dan menjadi bagian kontingen Asian Games lewat negosiasi, bukan prestasi seperti regulasi.

Sudah begitu, persiapan cabang olahraga itu juga tak maksimal. Gaji atlet sering telat, peralatan untuk latihan dan lomba yang baru didapatkan menjelang terbang ke Incheon menjadi kisah yang dijalani para atlet ke Asian Games.

Peraih emas dari lompat jauh Maria Natalia Londa mengatakan dirinya harus 'tombok' untuk memenuhi suplemen. Untuk memenuhi suplemen itu, dia harus merogoh kocek sekitar Rp 4,5 juta per bulan.

Salah satu atlet voli pantai juga menyimpan kisah miris. Empat atlet bola voli pantai dilarang berlatih fitness. Setelah diusut, tempat latihan kebugaran itu sudah berbulan-bulan tak dibayar.

"Mudah-mudahan setelah Asian Games suplemen dan apapun yang atlet butuhkan bisa diberikan tepat waktu. Sebab, pertandingan kan tak pernah mundur, jadi dukungannya harus tepat waktu," harap Londa.

Ivana juga berharap agar kementerian pemuda dan olahraga tak melempar kesalahan kepada pihak lain. "Kalau menpora menyalahkan KONI KOI itu artinya dia menyalahkan dirinya sendiri. Bukanlah dua lembaga itu relasi kerja kemenpora," tutur Ivana.

Cabang olahraga yang dipatok target emas dan hasil yang dicapai

Cabang Olahraga-Target Emas-Realisasi Emas
1. Bulutangkis-2-2
2. Soft tennis-1-0
3. Rowing-1-0
4. Boling-1-0
5. Wushu-1-1
6. Berkuda-1-0
7. Balap sepeda-1-0
8. Voli pantai-1-0
9. Atletik-0-1

(fem/krs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads