Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) menerapkan sistem peringkat 'Road to Dubai' untuk menentukan siapa saja yang akan tampil di Super Series Masters Finals 2017.
Saat ini sudah ada tiga pasangan Indonesia yang berada di zona aman Super Series Masters Finals 2017. Mereka adalah ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dengan berada di peringkat atas dengan 66.630 poin, dan dua pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang berada di peringkat tiga dengan perolehan 46.090 poin, serta Praveen Jordan/Debby Susanto yang menepati peringkat empat dengan jumlah poinnya 41.700.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Greysia/Apriyani bisa saja menyodok ke posisi delapan asalkan meraih hasil bagus di China Terbuka dan Hong Kong Terbuka. Tapi, pelatih juga mewanti-wanti agar mereka tak terlalu terbebani.
"Peluangnya masih terbuka. Bahkan kemarin kami membicarakan mengenai hal itu. Terutama Apriyani yang tidak mengerti dengan perhitungan poin itu makanya dia bertanya," kata Eng Hian kepada detikSport, Kamis (9/11/2017).
"Poinnya adalah saya tidak mau mereka jadi terbeban mengejar poin, jadi mengalir saja. Karena hitungannya (juga) berbeda dengan perhitungan rangking BWF," ucap Eng Hian kemudian.
Eng Hian menyebut dalam dua turnamen yang tersisa sejatinya hanya dibutuhkan sekitar 4 ribu poin untuk bisa mencapai rangking 8 menuju Dubai. Tapi, dia tak ingin berspekulasi soal hasilnya.
"Bicara minimal hasil tidak bisa disebutkan seperti itu. Karena jika misalnya Greysia/Apriyani masuk final tapi yang rangking 8 (Dubai) masuk semifinal. Tidak bisa juga kan? makanya tidak bisa diprediksi," ujarnya.
"Jadi biar mengalir saja karena ini berbeda dengan perhitungan rangking BWF. Poin BWF itu kan misalnya turnamen ini masuk sekian, lalu minggu depan akan sekian. Tetapi untuk ke Dubai, jika pemain itu juara sekalipun jika yang dihadapi pada saat finalnya yang rangking 8 tidak bisa juga ya. Sulit juga. Jadi biarkan saja mengalir. Tapi jika ditanya peluangnya terbuka, iya. Yang pastinya dan anak-anak ingin main ke sana," kata Eng Hian.
(mcy/mfi)