Awalnya, Istora di kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, diperuntukkan sebagai venue bulutangkis. Tapi, belakangan bangunan heritage yang baru direnovasi itu juga diputuskan sebagai venue basket untuk partai semifinal dan final.
Dalam pertandingan, dua cabang olahraga itu memerlukan lantai dan lampu yang berbeda. INASGOC hanya memiliki waktu satu hari untuk mengubahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti lantai untuk bulutangkis dan basket itu kan berbeda. Kalau ring basket tinggal set up saja, meja ofisial juga tak masalah, cuma ada posisi kamera dan media, ruangan yang digunakan mana saja, itu yang akan kami samakan dengan cabor bulutangkis seperti apa. Intinya saling menyesuaikan lah," ujar Rizka menjelaskan.
Selain lapangan, lampu juga masuk bagian yang disoroti basket. Sebab, tata letak lampu untuk bulutangkis sangat berbeda. Sebagai solusinya, kata Baby, panggilan karib Rizka Natalia Dewi, timnya akan lebih dulu memasang lampu di Istora, sebelum cabor bulutangkis bergulir.
"Kebutuhan kami minimal 2 ribu lux dan kami tidak bisa menggunakan lampu dalam posisi sekarang. Kami akan set up sebelum bulutangkis digelar, kemudian dinyalakan saat basket dimulai. Sementara untuk karpet butuh waktu 5 sampai 6 jam," katanya lagi.
Basket, kata Rizka, diuntungkan karena venue yang digunakan jauh lebih besar ketimbang Hall A. Sehingga saat penyusunan tata letak tak terlalu banyak.
"Pasti berubah karena venue yang digunakan dari ukuran kecil (Hall A) menjadi Istora, yang bentuknya lebih besar. Sehingga penyesuaiannya lebih mudah dan banyak ruangannya yang bisa dipakai sementara hall basket terbatas. Secara pertandingan juga lebih enak Istora, penonton juga," tuturnya.
"Justru yang saat ini kami pertanyakan adalah ruangan untuk warming up di Hall A Senayan karena belum ada. Kami masih menunggu karena geung di sebelah Hall A sudah dibongkar dan tidak tahu akan difungsikan apa karena rencananya ada squash juga. Sementara kami masih perlu area kosong jadi bisa tambah ruang di sana," dia menambahkan. (mcy/fem)