Memakai dana sendiri, Chalid berangkat dari Jakarta ke Bangkok pada Rabu (16/5/2018). Akan tetapi, saat antre di imigrasi bandara Don Mueang, dua buah tasnya; salah satunya berisi pakaian, sepatu, dan id card raib.
"Enggak tahu, tiba-tiba hilang. Saya lagi antre di imigrasi," cerita pria berusia 56 tahun itu kepada detikSport di Impact Arena, Senin (21/5).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untungnya, paspor dan uang saya bawa di tas yang terpisah. Jadi 'bugil' aja nih. Ngga bawa apa-apa lagi," kata dia sembari tersenyum.
Usaha Chalid untuk mendapatkan tas-tasnya tak berhasil. Chalid, yang kini, melatih atlet-atlet usia dini tersebut, sudah berusaha untuk meminta penjelasan dari pihak-pihak terkait tapi tidak banyak membantu.
Entah bagaimana, tidak ada koordinasi Chalid dengan PBSI. Chalid pun kecele karena mengaku tak mendapatkan informasi di mana venue Piala Thomas dan Uber di Bangkok.
Baca Juga: Della/Rizki Pastikan Kemenangan Indonesia atas Malaysia
Alhasil, Chalid menghabiskan beberapa malam di bandara Don Mueang. Dia mencoba mencari tahu tentang penyelenggaraan Piala Thomas dan Uber kepada tourist information, polisi, dan petugas-petugas bandara. Sayangnya, tidak ada yang tahu.
"Dari dulu pertandingan-pertandingan olahraga di Thailand selalu dilaksanakan di Huamark, jadi saya langsung ke sana tanggal 20 Mei. Ternyata bukan di situ," dia melanjutkan.
"Saya punya teman-teman di sana yang memberi tumpangan makan dan tempat tinggal sementara. Sampai akhirnya polisi di Huamark, ada yang tahu Piala Thomas dan Uber digelar di Impact Arena. Saya dipanggilin taksi, lalu bisa sampai kesini," dia menambahkan.
Kesulitan Chalid menemukan informasi seputar Piala Thomas dan Uber tidak mengherankan. Menurut pengamatan detikSport, sejak dari bandara sampai Muangthong Thani, nama lokasi Impact Arena, tidak ada promosi turnamen ini. Hanya di area venue saja yang bisa ditemui berbagai banner dan poster.
(rin/fem)