Adaptasi dan Dana Alasan Panahan Tanpa Medali di Kejuaraan Dunia Turki

Adaptasi dan Dana Alasan Panahan Tanpa Medali di Kejuaraan Dunia Turki

Mercy Raya - Sport
Senin, 04 Jun 2018 20:23 WIB
Foto: Grandyos Zafna/detikSport
Jakarta - Tim nasional panahan Indonesia gagal meraih medali di Kejuaraan Dunia 2018 di Turki. Kurang adaptasi dan anggaran menjadi kendalanya.

Dalam pertarungan di Antalya 2018 Archery World Cup, 20-26 Mei, 16 pepanah Indonesia pulang tanpa satu pun medali. Hasil itu menunjukkan penurunan dibandingkan saat uji coba di Piala Dunia seri Shanghai yang berlangsung akhir April 2018. Waktu itu, skuat Meraah Putih sukses memboyong medali perunggu atas nama Riau Ega Agatha dan Diananda Chairunissa di nomor recurve ganda campuran.

Kendati tak berhasil membawa medali, hasil tersebut ditanggapi santai oleh pelatih kepala Denny Trisjanto karena ada peningkatan skor para pepanah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga: Atlet Terdaftar Hampir 15 Ribu, INASGOC Upayakan Jumlahnya Tetap Sesuai Target

"Jadi di Turki kemarin kami tidak dapat medali namun skornya meningkat. Artinya progres skor ada dan memang kami arahkan peaknya ke Asian Games," kata Denny saat ditemui di sela-sela latihan, Senin (4/6/2018).

"Semua progresnya bagus. Ada yg 12 poin, seperti riau ega itu 12 poin saat di sanghai dia 666 ya, di turki bisa 676. Dan mix nya juga begitu, sebelutnya cuma melihat disitu aja. Kenaikan yang paling tinggi itu di coumpond, ada yg naik sampai 20 poin si Deli sama Sri Ranti, makannya untuk compound putri ini bagus, ada juniornya lagi Bonita itu bagus juga. Semua naik," dia menjelaskan.

"Kendalanya di sana kami kurang lama adaptasi karena terbatas anggaran yang kami terima. Hitungannya di sana Euro dan kami 9 hari. Selain itu, lokasi pertandingannya juga persis di pinggir pantai sehingga angin kencang cukup mempengaruhi tim," ujarnya.

PP Perpani tak bisa santai kendati ada peningkatan skor. Sebab, empat finalis berasal negara-negara Asia, seperti Korea, Thailand, Taiwan, dan India. Itu menjadi kewaspadaan ke Asian Games 2018.

"Tak sulit tapi lawannya memang bagus. Ndak apa-apa, nanti kan desainnya beda untuk medali dengan progres. Nah, untuk sekarang satu bulan ini desain untuk medali," kata dia.

"Kita perbanyak simulasi disini. Itu latihan beregu ya. Anak-anak atlet punya book training, saya punya buku kerja pelatih, nanti dilihat itu yang namanya target tembak kan ada yang warna biru ya, itu sudah saya hilangkan, jadi atlet sudah tak boleh lagi menembak kesitu," ujar Denny.

"Jadi hanya ada kuning dan merah saja, kalau anak panahnya ke biru kita anggap miss. Karena kekalahan kita disitu, anak-anak masih ada yang menembak biru. Biru itu tak menguntungkan lawan, tapi mengurangi skor kawan. Mestinya temannya sudah dapat poin 10, 10, dia cuma dapat 6 misalnya. Nah lawannya menembak 9 tiga kali sudah kalah kita," dia menambahkan.


(mcy/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads