Mereka tidak sekadar sebagai pemanis event, namun juga bertugas menjaga booth-booth sponsor hingga memberi informasi soal pertandingan yang digelar pada hari tersebut kepada para penonton.
Seperti yang dilakukan Nastasja Agatha (21 tahun).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi mahasiswi Universitas Atmajaya jurusan psikologi semester enam ini, bertugas sebagai SPG di event olahraga baru kali pertama ia jalani. Sebelumnya, dia biasa bertugas di event komersial seperti Pekan Raya Jakarta yang berakhir 1 Juli lalu.
"Bekerja seperti ini ada suka dukanya. Biasanya sukanya banyak bertemu orang baru karena setiap event pasti usernya selalu beda-beda, tambah referensi juga. Kalau dukanya, jika pengunjung belum pulang jadi kami harus overtime," dia menjelaskan.
"Soal pengunjung iseng untungnya di Indonesia Open tidak ada seperti itu. Dan biasanya kalau event sport yang dijual suvenir dan orang-orang benar mencari itu. Tapi kalau event lain lebih ke 'Eh, mbaknya' kayak iseng-isengin begitu," lanjutnya.
Hal yang sama diungkapkan SPG Djarum Foundation, Dea Mareta, 18 tahun. Dia bertugas sebagai pemberi informasi jadwal pertandingan di dekat pintu masuk tribune media dan access all area.
![]() |
"Saya tugasnya memberi informasi jadwal atlet yang akan bertanding di hari tersebut serta negara-negaranya melalui TV digital," tutur Mareta yang baru pertama kali bertugas di Indonesia Open ini.
"Enak saja sih. Apalagi ini event internasional dan besar. Lebih mencari pengalaman dan kapan lagi," tambahnya.
"Paling iseng minta foto bareng dan saya menganggapnya tidak seperti bagaimana. Memang pekerjaan kita harus melayani mereka. Tidak menganggap yang seperti apa," kata dia.
(mcy/mfi)