Fajar baru saja meraih medali perak Asian Games 2018, bersama tandemnya Muhammad Rian Ardianto. Di luar dugaan, keduanya berhasil melaju ke final meski akhirnya kalah dari seniorya, ganda putra nomor 1 Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon 13-21, 21-18, 24-22, Selasa (28/8/2018).
"Kalau atlet bulutangkis -- dulu sebeum masuk pelatnas cipayung -- saya dulu sekolah terbengkalai," ungkap Fajar dalam acara Mata Najwa di Trans7, Rabu (29/8) malam WIB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang sekolah cuma seminggu tiga kali, sisanya latihan. Karena kalau ngga laihan diforsir kaya gitu, kita ketinggalan dari negara lain. Jadi pengorbanan terbesar itu sekolah, yang kedua jauh dari orang tua dari kecil," sambung atlet berusia 23 tahun itu.
Selain runner-up di Asian Games 2018, Fajar/Rian juga mencatat sejumlah prestasi membanggakan. Keduanya juga meraih medali emas beregu SEA Games 2017, memenangi Malaysia Masters 2018 dan Taiwan Masters dua tahun lalu.
Senada dengan Fajar, peraih medali emas di nomor tunggal putra Jonatan Christie juga mengaku faktor keluarga adalah pengorbanan terberat.
"Menurut saya waktu bersama keluarga itu sangat penting. Selain itu waktu untuk bermain juga sangat sedikit," timpal Jonatan. "Kita tidak bisa seperti orang pada umumnya yang bisa pergi kapanpun dan kemanapun yang kita mau. Karena pagi dan sore kita selalu latihan dan latihan."
(rin/din)