Diskualifikasi Miftah, sapaan karib Miftahul Jannah, salah satu atlet Indonesia yang tampil di blind judo Asian Para Games, menjadi kontroversi. Miftah menyebut sudah mengetahui aturan larangan berhijab. Dia berniat untuk mendobrak larangan itu.
Dalam prosesnya, pihak penyelenggara dan perwakilan wasit meresponsnya. mereka menggelar konferensi pers di venue judo, JIExpo Kemayoran, Selasa (9/10)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raja Sapta Oktohari didampingi dengan Brian Jeoung Gissick selaku Technical Director Blind Judo APG dan Angelica Wilhelm dari Referee Director IBSA Judo, menjelaskan aturan hingga Miftah didiskualifikasi.
Angelica menilai aturan pelarangan hijab di judo memang sudah baku. Itu semata demi keselamatan si atlet.
"Di judo jelas, tidak boleh ada simbol-simbol agama, politik di atas tatami (matras judo). Dan sekali lagi, ini bukan bentuk diskriminasi, ini yang harus dipahami," katanya.
Okto, sapaan karib Raja Sapta Oktohari, mengatakan, seharusnya Miftah tidak didaftarkan sejak awal. Tapi, kesalahan panitia membuat Miftah tetap maju dan akhirnya didiskualifikasi karena tidak mematuhi aturan perlombaan.
"Saya kira pemahamannya cukup sederhana. Semua ini terjadi karena misskomunikasi, dan semoga masalah ini tidak menjadi perdebatan," kata Okto.
"Dan atlet kita harusnya tidak didaftarkan ke blind judo karena tidak sesuai culture olahraga itu. Kami sendiri dari INAPGOC, kalau bahasanya atlet judo didiskualifikasi, di Asian Para Games itu ada 18 cabang olahraga dan hanya judo yang memang peraturannya tidak boleh memakai hijab tapi di 17 cabang lain boleh," ujar Okto.
"Kenapa dilarang, karena aturan di judo dilarang ada simbol-simbol agama atau politik di atas arena dan itu untuk keselamatan si atlet sendiri," dia menjelaskan.
Insiden ini berawal ketika Miftah didiskualifikasi dari cabang blind judo. Saat hendak turun di nomor -52 kg low vision di JIExpo Kemayoran, Senin (8/10/2018), Miftah enggan melepas hijab untuk menghadapi judoka Mongolia Oyun Gantulga.
Didiskualifikasinya Miftah menjadi perdebatan masyarakat. Banyak yang menilai keputusan pelarangan hijab merupakan bentuk diskriminasi pada keyakinan Miftah. Padahal, seperti dijelaskan di atas, hijab memang dilarang di judo dengan dasarnys olahraga harus netral dan demi keselamatan di atlet sendiri.
Saksikan juga video 'Uya Kuya Salut Terhadap Judoka Miftahul Jannah':