Hendra/Ahsan menggondol juara All England usai mengalahkan pasangan Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik 11-21, 21-14, 21-12. Gelar juara itu menjadi koleksi pertama Hendra/Ahsan sejak tak lagi menjadi skuat pelatnas PBSI. Meski sudah berusia di atas 30 tahun, gelar ini seperti membuktikan bahwa Hendra/Ahsan belum habis.
"Kalau lihat game sekarang, 21 kan, masih bisa panjang kariernya. Tergantung orangnya juga. Semua kan tergantung orangnya, kalau pintar jaganya. 2-3 tahun masih mampu," kata Arbi saat berbincang dengan wartawan di kantor PWI Kudus, Jalan Masjid, Senin (11/3/2019) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Juara All England Balik Kandang ke Pelatnas? |
Dia juga menilai pentingnya jam terbang bagi seorang pebulutangkis. Sebab dengan memiliki jam terbang tinggi, maka pebulutangkis bisa lebih berpengalaman dalam bermain.
"Jam terbang kalau tinggi kan jadi tahu, mana bagian yang menghasilkan poin. Pengalaman dari jam terbang. Kalau tidak mengalami dari situ kan enggak tahu. Yang kemarin kan nyervis nyangkut, ya nanti bisa pelan-pelan dulu nunggu yang enak, baru servis. Enggak langsung kayak kemarin nyervis nyangkut," sambung Arbi seraya menyinggung Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang salah servis.
"Pemain dengan ranking yang bagus bisa menentukan ikut atau tidaknya pemain. Kalau rangkingnya di bawah, ya tidak bisa ikut All England. Skill bagus tapi rangking tidak masuk, ya tidak bisa ikut All England," terangnya.
"Kalau lihat sekarang kan sektor ganda dikuasai Jepang. Ya perlu latihan lebih keras lagi. Ngototnya harus. Kalau lihat mainnya Jepang kan benar-benar harus berjuang banget untuk bisa mengalahkan Jepang," imbuh Arbi.
(mrp/nds)