.webp)
PBSI kesulitan menentukan pelatih tunggal putri pelatnas. Selama dua tahun terakhir, Gregoria Mariska Tunjung dkk tak memiliki pelatih. Mereka didampingi oleh asisten pelatih, MInarti Timur.
PBSI menjanjikan bakal memastikan pelatih itu usai All England 2019. Tapi, rupanya, PBSI membutuhkan waktu lebih lama lagi.
Ketua Harian PP PBSI, Alex Tirta, mengatakan lambannya pemilihan pelatih tunggal putri itu disebabkan mereka amat berhati-hati dalam memilih sosok yang tepat. Sebab, tunggal putri menjadi sektor paling tak sip di pelatnas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang pasti secepatnya. Karena kami ingin putri ini tak sampai kekosongan," kata Alex kepada detikSport, Rabu (13/3/2019).
Sektor tunggal putri Indonesia saat memiliki tiga atlet andalannya yakni Fitriani, Gregoria Mariska Tunjung, dan Ruselli Hartawan. Mereka berada di bawah asuhan Minarti Timur dan Susy Susanti sebagai Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI.
Dibandingkan sektor lain, nomor tunggal putri memang yang paling tertinggal. Meski demikian sudah ada sedikit progres. Salah satunya gelar yang dipersembahkan Fitriani di Thailand Masters 2019.
"Sekarang sih oke, tapi kalau ada yang dikhususkan lagi jauh lebih baik. Makanya, kami tidak terlalu tergesa-gesa yang sekarang sudah oke karena ditangani Ibu Susy (Susanti) langsung untuk mengisi itu. Tapi kalau ada lagi yang khusus yang dimaksud (lebih baik)," dia menambahkan.
"Ekspektasi kami (untuk pelatih tunggal putri terpilih) bisa memajukan tunggal putri untuk meraih gelar juara yang banyak. Karena, dari Bapak Ketum (Wiranto) arahannya memperhatikan hal-hal yang belum maksimal," ujarnya.
