Zohri melewati raihan Suryo itu di semifinal kedua Kejuaraan Atletik Asia 2019 di Doha, Qatar, pada Senin (22/4/2019). Dia menorehkan waktu 10,15 detik alias 0,02 detik lebih cepat ketimbang Suryo yang membuatnya speuluh tahuns ilam di SEA Games Laos.
Rekor miliknya dipertajam lagi pada sesi final. Sprinter asal Lombok Utara itu mencatatkan waktu 10,13 detik. Dia cuma kalah dari sprinter Jepang, Yoshihide Kiryu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suryo mengapresiasi kerja keras juniornya. Dia bilang, Zohri adalah aset yang wajib dijaga sampai di usia keemasannya.
"Ya senang, alhamdullilah, sekarang ada yang bisa pecah rekor. Berarti, menunjukkan pembinaan PB PASI bagus dan wajib dijaga nih. Dalam arti dijaga dalam segala hal, dijaga kariernya karena dia masih muda dan jangkanya masih panjang, jadi mesti eman-eman juga," kata Suryo kepada detikSport, Selasa (23/4/2019).
Suryo juga mengingatkan hasil tersebut baru permulaan. Dia berharap agar Zohri dan PB PASI tak lekas puas agar bisa meraih hasil lebih sip di level dunia.
"Oh iya karena dia masih panjang. Ini baru awal, Zohri juga baru 19 tahun, sesuai penelitian IAAF peak perfomance-nya sprinter itu di usia 27 tahun. Waktu itu, saya dulu 26 tahun, jadi bisa kita bayangkan masih ada berapa tahun lagi buat Zohri memperbaiki catatan waktunya," dia menjelaskan.
Dia juga meminta PB PASI untuk tidak memberi target berlebih untuk Juara Dunia U-18 Finlandia tersebut.
"Kalau untuk kondisi sekarang untuk target lolos olimpiade itu masih wajar. Baru nanti harapan saya 2024 baru dia ada target untuk naik podium, baru itu sesuai tahapannya, jadi jangan dipaksakan," katanya.
"Jadi, saat 2024 usianya 24 tahun, sudah tambah matang, tekniknya tambah bagus, dari sisi psikologis, fisik, tambah matang juga, ya harapannya bisa finalis. Syukur-syukur podium," ujar dia.
(mcy/fem)