Kevin/Marcus secara mengejutkan langsung tersingkir di babak kedua Kejuaraan Dunia 2019, setelah di babak pertama mendapat bye. Mereka dihentikan ganda Korea Selatan berperingkat ke-23 dunia, Choi Solgyu/Seo Seung Jae, dengan skor 21-16 14-21 21-23.
Gim ketiga berjalan sengit dengan unggulan nomor satu dunia itu sempat menyamai poin lawannya 20-20, namun gagal menyelesaikan dua poin terakhir. Padahal, Kejuaraan Dunia menjadi target prioritas Kevin/Marcus di tahun ini. Selain sebagai uji coba sebelum turun di Olimpiade Tokyo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aspek mental, psikologinya, harus bisa dikelola dengan baik. Artinya, target di olimpiade, bagaimana target yang diberikan oleh pelatih dan Kevin/Marcus secara psikis tak mengganggu, sebaliknya harus membantu. Itu perlu manajemen psikis yang tepat. Jika tidak, presure pemainnya bisa berlipat ganda. Tetapi jika mengelolanya tepat itu bisa jadi satu senjata yang ampuh untuk pasangan yang ditargetkan. Jadi letaknya permainannya di sana," kata Christian kepada detikSport, Jumat (23/8/2019).
"Jika soal teknis dan lainnya, saya rasa Kevin/Marcus banyak gelar, lawannya juga sama. Tetapi dalam hal ini pertandingan nonteknis yaitu mental, dan yang bisa mengelola mental, kemungkinan itu yang bisa berhasil. Kalau sama-sama kelas top dunia, aspek mental yang berperan," dia menambahkan.
PP PBSI memang kerap mengandalkan ganda putra untuk mencuri gelar setelah ganda campuran ditinggal Liliyana Natsir. Kevin/Marcus sebenarnya tak benar-benar sendiri. Mereka memiliki Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dalam turnamen-turnamen penting.
Tapi, diakui atau tidak, Kevin/Marcus yang muncul belakangan dan merajai turnamen terbuka membutuhkan penanganan khusus. Konsekuensi itu tak dikelola dengan baik oleh pelatih dan PBSI sebagai induk organisasi. Akhirnya di turnamen penting seperti All England dan Kejuaraan Dunia, Kevin/Marcus tergelincir.
"Kembali Herry Iman Pierngadi, sebagai pelatih kepala, mesti banyak diskusi dengan Kevin/Markus, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Kalau Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan nonpelatnas dan mereka bisa meredam semua aspek, baik emosi, motivasi karena aspek keseniorannya," kata pria yang karib disapa Koh Chris ini.
"Kalau Kevin/Marcus dan Fajar/Rian, saya rasa masih perlu banyak (pendekatan). Jika pemain main di turnamen open sudah biasa, tapi turnamen luar biasa Kejuaraan Dunia dan Olimpiade yang bergulir empat tahun sekali, aspek mental, psikologis, menjadi nomor satu yang harus diperhatikan benar. Kalau ini bisa jalan mulus saat bertanding mereka lancar. Sebab, jika mengelolanya tak benar bisa jadi boomerang," Christian menjelaskan.
"Tetap, motivasi dan ambisi jadi juara setiap pemain harus punya, tetapi masalahnya bisa enggak mengatur hal-hal seperti itu agar tak terlalu over. Karena terlalu berlebihan tak bagus, rendah juga tak bagus juga, jadi harus pas," ujar dia.
(mcy/fem)