Bersama Hendra Setiawan dengan berkiprah sebagai pasangan mandiri, Ahsan belum kendur. Mereka justru menguasai panggung All England dan menjadi juara dunia 2019. Kini, The Daddies, julukan untuk Hendra/Ahsan, mengisi peringkat kedua dunia, cuma kalah dari Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Laju Hendra/Ahsan membuat persaingan ganda putra Indonesia menuju Olimpiade 2020 sengit. Merah Putih juga memiliki Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang juga masuk rencana ke Olimpiade. Dengan pembatasan dua pasangan per negara, itu pun dengan syarat dua pasangan ada di peringkat delapan besar saat akhir periode kualifikasi, persaingan akan sangat ketat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahsan relaks menghadapi situasi tersebut. Fokusnya mengumpulkan poin demi poin Olimpiade 2020 tak terganggu.
"Pastinya, saya dan Koh Hendra menujunya ke sana, targetnya ke sana. Tetapi, perjalanan masih panjang, target kami lolos kualifikasi dulu. Mungkin itu satu-satunya medali yang belum saya dapat dan saya harus meredam ambisi itu (supaya tidak berlebihan), seperti turnamen-turnamen sebelumnya," kata Ahsan di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Rabu (4/9/2019).
Ahsan menyadari konsekuensi ambisi itu. Mereka tak bisa pilih-pilih turnamen karena tuntutan untuk para pemain berperingkat pertama sampai 10 dunia wajib mengikuti minimal 12 turnamen BWF World Tour Super mulai 500 sampai 1000.
"Jadi kalau untuk pengaturan pengiriman Hendra/Ahsan (sulit) karena itu wajib dan jika tidak diikuti akan denda. Dari sisi lainnya, jika nanti memang poin road to Olympic masih kurang baru kami atur turnamen level 300, mungkin level 100, jika memang kurang," pelatih pelatnas PBSI ganda putra, Herry Iman Pierngadi, menjelaskan.
"Nah, ini sudah setengah jalan. Menurut perkiraan saya sih 50 persen sudah mencerminkan siapa yang masuk bursa Olimpiade," ujar dia.
(mcy/fem)