Manila -
SEA Games 2019 digelar di Filipina. Menjelang pembukaan, pesta olahraga dua tahunan se-Asia Tenggara itu terkesan minim sosialisasi.
detikSport, yang tiba di Manila, Filipina pada Jumat (29/11/2019), merasakan minimnya sosialisasi Filipina menggelar SEA Games 2019. Informasi yang menunjukkan bahwa negara dengan 100 juta penduduk itu (sensus 2015) telah menggelar multi event se-Asia Tenggara cukup sedikit.
Tiba di bandara Manila pukul 15.00 waktu setempat,
detikSport cuma menemukan tiga papan bergambar Pamilya, maskot SEA Games 2019. Sisanya, iklan terlihat di banner-banner digital.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara sepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel, yang hanya berjarak 13 KM, tak ada satu billboard terkait SEA Games 2019. Spanduk-spanduk juga tidak tampak.
Edwin, supir taksi Filipina yang mengantar
detikSport, tahu negaranya memang menggelar SEA Games 2019. Namun, ia mengaku tidak akan menyaksikan pembukaannya secara langsung, yang digelar pada Sabtu (30/11).
"Iya, saya tahu akan ada SEA Games. Ya, ini bagus manfaatnya buat negara ini, karena wisatawan jadi banyak datang," kata Edwin.
"Sepertinya saya hanya akan menonton di televisi saja, karena besok saya libur. Jadi sekaligus beristirahat," ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan tiket pertandingan SEA Games 2019 digratiskan untuk publik event bisa ramai. Kecuali untuk sepakbola, voli, dan basket, tiketnya sudah terjual habis. Tiga olahraga itu, juga tinju, memang populer di Filipina.
"Di sini olahraga yang favorit ya dua cabor itu [basket dan tinju] itu. Saya juga senang keduanya. Kalau sepakbola tidak terlalu," ujar Edwin, sambil terus menyetir taksi.
Dikeluhkan Peserta Hingga PeliputMeski baru resmi dibuka Sabtu (30/11), beberapa cabang olahraga sudah memulai pertandingan lebih awal. Sebut saja sepakbola dan polo air. Cabang polo air bahkan sudah dimenangkan Indonesia, yang menyumbang medali emas pertama untuk kontingen merah putih.
Namun, persiapan Filipina sebagai tuan rumah banyak disorot. Sejumlah kontingen sempat mengeluhkan berbagai kondisi, seperti masalah transportasi, fasilitas, hingga terkait pelayanan makanan untuk para atlet.
Belum sampai di situ, masalah akreditasi juga cukup merepotkan. Beberapa media Indonesia, termasuk rekan
detikSport yang sudah tiba lebih dulu, sempat kesulitan mendapatkan ID peliput.
Salah satunya wartawan Jakarta Post, Ramadani Saputra, yang sudah tiba di Manila sejak Kamis (28/11/2019). Hingga saat ini, ia belum mengantongi akreditasi.
"Saya menyesalkan hal ini bisa terjadi. Ada koordinasi yang kurang baik antara Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dengan Panitia Penyelenggara SEA Games (PHISGOC) sehingga menyebabkan banyak wartawan yang terlantar untk urusan akreditasi," kata Dani.
"Ada beberapa data pewarta Indonesia yang tidak masuk ke dalam data PHISGOC sehingga akreditasi tidak bisa dicetak dan diterima pewarta. Saya jadi tidak bisa meliput persiapan atlet. Ini kan mengganggu kinerja saya juga."
"Saya berharap koordinasi bisa diperbaiki apalagi besok sudah secara resmi dimulai. Masa sudah jauh datang dari Jakarta ke Filipina bisa kehilangan salah satu hal terpenting dalam multievent yaitu opening ceremony," ujar pria berusia 27 tahun ini.