Hendra/Ahsan menduduki peringkat kedua dalam perhitungan kualifikasi Olimpiade Tokyo. Mereka hanya berada satu trap dengan ganda nomor satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Prestasi mereka dalam setahun terakhir juga konsisten dengan 11 kali final dan empat di antaranya menjadi juara. Antara lain, New Zealand Open, All England, World Championship, dan teranyar BWF World Tour Finals 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Legenda hidup bulutangkis, Christian Hadinata, optimistis PBSI tak akan mengabaikan laju sip Hendra/Ahsan dan memberikan slot ke Olimpiade 2020 hanya dengan alasan memberikan tempat kepada yang muda.
"Sebetulnya sih permainan mereka atau perfoma mereka sudah on track banget, paling penting mereka dengan keseniorannya dibandingkan dengan (ganda) delapan besar dunia, paling penting tinggal menikmati permainan saja," kata Christian dalam sambungan telepon Selasa (17/12/2019) kepada pewarta.
"Artinya bukannya tidak serius, tidak, tapi berusaha menikmati saja setiap pertandingan. Jangan terlalu ditekan dan membuat mereka berubah," dia menjelaskan.
Pada Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Hendra/Ahsan tersingkir di babak awal setelah kalah di laga terakhir penyisihan Grup D. Ahsan/Hendra gagal mengatasi perlawanan wakil China, Chai Biao/Hong Wei yang ditemui di lapangan 2 Riocentro-Pavilion 4. Mereka kalah dua gim langsung, 15-21, 17-21.
"Tapi kalau kita melihat mereka sebenarnya mau ketinggalan atau leading ya seperti itu mainnya. Artinya taktis, tenang, menikmati banget seperti yang saya bilang. Tapi (kembali lagi) olimpiade kan berbeda. Suasana dan aura beda banget lah," ujar Christian,
"Maka itu, sisi nonteknisnya penting dalam arti pertarungan mental mereka sendiri. Kalau soal teknik, fisik, saya rasa tiap tahun kan ketemu terus, lawan-lawannya itu saja. Semua yang menentukan di mental," Christian menambahkan.
(mcy/fem)