Indonesia secara resmi telah mengajukan diri sebagai tuan rumah pesta olahraga terbesar di dunia itu untuk 2032. Keputusan dibuat seiring dengan keberhasilan Indonesia sebagai penyelenggara Asian Games, pesta olahraga negara-negara Asia. Indonesia juga telah mencari dukungan dari negara-negara Asia.
Berkaca pelaksanaan Asian Games 2018, Indonesia wajib meningkatkan kesiapan venue. Sebagai gambaran, Istora sempat dikritik untuk menjadi venue basket karena pintu memasuki area utama terlalu pendek bagi pebasket yang rata-rata memiliki tinggi lebih dari 190 cm. Begitu pula, venue voli indoor di GOR Bulungan, yang dinilai lebih tepat untuk menggelar turnamen daerah. Bahkan, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) tidak sanggup untuk digantungi lampu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ketersediaan kampung atlet yang bisa menampung perwakilan 207 negara dengan 11.238 atlet (berkaca Olimpiade 2016 Rio de Janeiro).
Kemenpora memprediksi pembangunan ibu kota baru sekaligus mengakomodasi rencana Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Artinya, di Penajam Paser Utara bakal memiliki kompleks olahraga dengan standar olimpiade.
"Itu lah sebabnya tim gugus tugas kalau sudah (terbentuk) duduk bersama. Kami ingin menguping rencana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU PR) dan Bappenas terkait ibu kota baru. Ini nanti apakah di masterplan ibu kota baru sudah termasuk sport center atau tidak. Jika tidak kami akan masukkan," kata Sekretaris Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto, kepada detikSport, Senin (23/12/2019).
"Lucu dong kalau ibu kota baru tak ada sport center. Jangan minimal seperti Jakarta atau Palembang tapi harus lebih, seperti di luar negeri. Jangan tanggung-tanggung," dia menjelaskan.
"Jadi memang ada PR besar yang sangat mendesak. Ibaratnya, jangan sampai ada space terbuang yang tidak dihasilkan. Sebab, kami tak melihat 2024 itu masih lama karena jika kami gagal meyakinkan calon voter berat nanti tugasnya," Gatot menambahkan.
Sebagai bocoran, Ketua International Olympic Committee (IOC), Thomas Bach, disampaikan Gatot, sempat memberikan saran kepada Indonesia jika ingin berhasil menjadi tuan rumah. Makanya, persiapannya jangan setengah-setengah. Thomas mengatakan itu pada September 2018.
"Waktu itu yang dipaparkan Bapak Erick (Thohir) masih GBK saja dan mendapat pujian dari Thomas Bach. Tapi beliau juga sekaligus mengingatkan jika Indonesia harus menyusun masterplan-nya, di antaranya bukan hanya masalah infrastruktur tapi terjemahannya adalah harus dengan kondisi setelah game," Gatot menjelaskan.
"Kalau rincian resmi dari jumlah ketersediaan stadion harus berapa jumlahnya kami akan duduk bersama lagi. Kami juga akan melihat host city contract sebelumnya. Terkait persyaratannya, kami tak bisa mengarang, harus mengikuti pola yang sudah ada. Tokyo seperti apa, Rio de Janeiro seperti apa?" ujarnya.
(mcy/fem)