Perhitungan poin Olimpiade 2020 kian sengit seiring dengan makin dekatnya batas waktu Kualifikasi, pada April tahun ini. Tekanan psikologis kepada masing-masing pebulutangkis juga terasa kian besar.
Greysia/Apriyani pun merasakannya. Apalagi, merujuk peringkat ganda putri Indonesia, mereka menjadi satu-satunya harapan untuk mewakili Merah Putih di Tokyo.
"Ini makanya kami harus belajar psikologi. Bagaimana kami mengendalikan pikiran kami. Mana yang harus dipikirkan, mana yang tidak. Mana yang harus dilakukan, mana yang tidak. Jadi ketika di lapangan kondisi itu otomatis keluar sendiri," kata Greysia di Istora, Senayan, Jumat (19/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tegang pasti ada, ingin menang, ingin lolos race to Olympic pasti ada, apalagi semua lagi ketat, ibaratnya senggol bacok, sensitif, karena orang mau menang. Persaingannya sampai seperti itu.
"Nah, balik lagi saya bilang ke Apriyani ini rumah kita, bagaimana caranya kami berdua harus ada komunikasi yang bagus, secara dua arah. Kami kasih enjoy, ketawain saja, susah, nangis, sedih ketawain lagi. Banyak kalah memang tapi mau tak mau harus ada begitu. Sebab, kalau api sama api bakal panas terus,berantem terus," dia menjelaskan.
"Makanya, kalau saya jadi api, Apriyani jadi air, begitu sebaliknya, sehingga perjalanan (menuju race Olympic) ini jadi terasa menyenangkan," ujar dia.
(mcy/fem)