Hafiz/Gloria Kenapa Sia-siakan Kesempatan Juara yang Sudah di Depan Mata?

Hafiz/Gloria Kenapa Sia-siakan Kesempatan Juara yang Sudah di Depan Mata?

Mercy Raya - Sport
Senin, 27 Jan 2020 18:06 WIB
Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja
Foto: dok. Humas PBSI
Jakarta -

Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menyayangkan kegagalan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja meraih gelar Thailand Masters 2020. Hafiz/Gloria seharusnya bisa menjadi menyelamatkan muka Merah Putih.

Hafiz/Gloria menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang lolos ke final pada Minggu (26/1/2020). Mereka menghadapi pasangan Inggris Marcus Ellis/Lauren Smith di Indoor Stadium Huamark, Thailand.

Sempat mencuri poin di gim kedua namun pasangan senior itu akhirnya takluk dalam permainan rubber game dengan skor 16-21, 21-13, dan 16-21. Indonesia harus puas tanpa gelar di turnamen BWF Worlsmd Tour Super 300 tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti, tak menepis rasa kekecewaannya. Dia bilang ada faktor nonteknis yang berulang pada pasangan ranking delapan dunia ini.

"Sebenarnya kami berharap mendapat satu gelar dari sektor apapun dan Hafiz/Gloria sebenarnya kami harapkan bisa (meraih gelar itu). Hanya sayang sekali di gim-gim terakhir masih belum bisa keluar dari tekanan, belum lepas secara mainnya, masih suka eror," kata Susy kepada pewarta di Pelatnas PBSI, Cipayung, Senin (27/1/2020).

ADVERTISEMENT

Padahal, kata peraih medali emas Olimpiade 1992 ini, secara teknis Hafiz/Gloria berimbang dengan pasangan Inggris tersebut tapi inkonsisten dalam permainan.

"Itu yang saya lihat mereka masih kecolongan. Selain itu, saya juga melihat mix double khususnya putra harus betul-betul kuat ya. Hafiz mungkin secara postur kurang tinggi tapi power-nya harus ditambah. Jadi harus ada pembenahan-pembenahan lagi," ujar Susy.

"Sementara untuk Gloria, dalam posisi di depan dia seharusnya lebih agresif lagi. Tidak hanya memancing saja, tapi menekan lawan sehingga lebih memberikan bola yang enak untuk partner kita. Mungkin bola-bolanya harus lebih matang lagi penempatannya," dia menjelaskan.

Di sisi lain, Susy juga menilai jika pemain-pemain yang merupakan kombinasi pemain utama dan pelapis ini juga belum sepenuhnya maksimal.

"Secara keseluruhan kami kirim pemain pelapis semua di sana tapi kalau dibilang sudah maksimal ya belum. Walau mereka juga bukan kalah dari pemain-pemain yang di bawah mereka. Tapi untuk pengalaman dan jam terbang bagi atlet pelapis tentu bagus. Paling tidak secara keseluruhan kami bisa melihat kelas mereka ada di mana dan menjadi target untuk ke depan seperti apa.
Jadi nonteknis yang harus diperbaiki lagi," dia menjelaskan.




(mcy/fem)

Hide Ads