Lorenzo: MotoGP 2020 Sulit Digelar Selama Belum Ada Vaksinasi

Lorenzo: MotoGP 2020 Sulit Digelar Selama Belum Ada Vaksinasi

Bayu Baskoro - Sport
Selasa, 21 Apr 2020 08:46 WIB
Movistar Yamaha MotoGP teams Spanish rider Jorge Lorenzo prepares to take part in the fourth MotoGP Free Practice session at the motorcycling British Grand Prix at Silverstone circuit in Northamptonshire, southern England, on September 3, 2016.   / AFP PHOTO / OLI SCARFF
Jorge Lorenzo tak yakin balapan MotoGP 2020 bisa terlaksana di tengah wabah virus Corona. (Foto: AFP/OLI SCARFF)
Jakarta -

Penyelenggaraan MotoGP musim ini terhambat akibat pandemi virus Corona. Jorge Lorenzo pesimis balapan bisa digelar selama belum ditemukannya vaksin COVID-19.

Wabah virus Corona yang melanda seluruh dunia membuat jadwal MotoGP 2020 harus mundur dari yang semula direncanakan. Setelah seri pembuka di Qatar digelar tanpa kelas primer, berturut-turut balapan MotoGP Thailand, Amerika Serikat, Argentina, Spanyol, Prancis, serta Jerman terpaksa ditunda.

Rencananya, balapan baru bisa digeber pada 28 Juni di Sirkuit Assen, Belanda. Kendati demikian, kepastian tersebut masih simpang siur lantaran Sirkuit Assen kabarnya meminta penjadwalan ulang balapan dari bulan Juni ke Agustus atau September.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat kondisi-kondisi tersebut, pihak Dorna mewacanakan balapan tanpa penonton agar MotoGP musim ini tetap dapat diselenggarakan. Selain itu, bakal ada pembatasan kru yang boleh masuk ke sirkuit untuk setiap tim.

Opsi lainnya yang sempat mencuat yakni dengan mengadakan balapan di lima negara saja. Nantinya, para pebalap akan menjalani dua kali balapan dalam dua minggu di setiap sirkuitnya.

ADVERTISEMENT

Namun, opsi-opsi yang ada itu ditanggapi pesimis oleh Lorenzo. Menurut pebalap penguji Yamaha itu, balapan MotoGP 2020 tak akan terlaksana jika vaksin COVID-19 belum ditemukan.

"Saya pesimis karena para ahli mengatakan jika hanya vaksinasi saja yang dapat mengubah situasi secara signifikan," kata Lorenzo, dilansir dari Speedweek.

"Para peneliti di seluruh dunia tengah bekerja keras untuk menemukan obat yang cocok. Namun, itu masih bisa memakan waktu enam hingga dua belas bulan dan itu bisa menjadi masalah," Lorenzo mengungkapkan.




(bay/rin)

Hide Ads