Sony Kritik PBSI, Merasa Juga Pernah 'Dibuang' seperti Tontowi

Sony Kritik PBSI, Merasa Juga Pernah 'Dibuang' seperti Tontowi

Mercy Raya - Sport
Rabu, 20 Mei 2020 16:25 WIB
Pebulu tangkis ganda campuran Indonesia Tontowi Ahmad (kanan) dan Apriyani Rahayu (kedua kanan) serta pebulu tangkis ganda campuran Korea Selatan Seo Seung Jae (kiri) dan Chae Yujung (kanan bawah) berjabat tangan dengan wasit usai pertandingan putaran kedua Daihatsu Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (15/1/2020). Pasangan Tantowi dan Apriyani masuk babak selanjutnya setelah lawannya mengundurkan diri karena cedera engkel kaki kanan. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.
Situasi Tontowi Ahmad (kanan) di PBSI membuat Sony Dwi Kuncoro merasa senasib. (Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.)
Jakarta -

Status magang Tontowi Ahmad sebelum pensiun memantik pengakuan eks atlet pelatnas Sony Dwi Kuncoro. Dia juga merasa pernah 'dicampakkan' oleh PBSI.

Hal itu diungkapkan Sony dalam akun Instagram pribadinya, @sonydwikuncoro. Menurutnya, hampir setiap atlet yang keluar dari PBSI akan merasakan kejanggalan dalam proses degradasi.

Sony menceritakan bagaimana PBSI tak menghargainya sebagai atlet. Pemain yang pernah menduduki peringkat tiga dunia tunggal putra itu bahkan mengetahui keputusan dirinya terdegradasi melalui koran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menanggapi berita @TontowiAhmad ini saya juga ingin ikut berkomentar. Hampir setiap atlet yang keluar dari PBSI akan merasakan kejanggalan dalam proses degradasi," tulis Sony.

"Tahun 2014 saya meninggalkan pelatnas PBSI dengan cara yang menurut saya kurang menghargai saya yang sudah 13 tahun di Pelatnas. Pada waktu itu masih rangking 15 dunia. Bagaimana tidak? Pertama kali saya tahu berita tentang degradasi melalui koran."

ADVERTISEMENT

"Beberapa hari saya tunggu tidak ada pembicaraan dari pengurus, akhirnya saya menanyakan surat keluar agar saya mendapat kepastian. Surat keluar saya dapat, itupun surat tersebut di berikan oleh karyawan (bukan pengurus)," katanya.

Dalam unggahannya, Sony tak hanya membeberkan soal ketidakprofesionalan federasi bulutangkis tanah air itu. Dia juga memberi saran agar PBSI lebih menghargai atlet.

"Masukan dari saya mohon cara degradasi atlet lebih menghargai atlet. Karena atlet mulai kecil mereka memilih menjalani hidup di badminton, meninggalkan sekolah, keluarga dan kesempatan bermainnya. Atlet juga punya keluarga, orang tua yang setiap hari mendoakan anaknya untuk jadi juara," imbuhnya.

"Saya rasa di bidang lain pun, perusahaan yang akan mengeluarkan karyawan pasti akan dengan cara sopan dan manusiawi setidaknya mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf atau dengan cara yg lebih pantas dan masuk di akal," pemain berusia 35 tahun itu melanjutkan.

"Regenerasi pasti akan selalu ada, di perusahaan besar pun akan regenerasi. Tapi sebaiknya PBSI menghargai atlet (Pahlawan Indonesia). Sampai saat ini saya belum pernah dengar mantan-mantan atlet pelatnas yang didegradasi dengan cara ada pembicaraan yang baik. (mohon dikoreksi kalau salah )."

Selain itu, Sony juga memberi saran kepada PBSI agar ke depannya memberikan apresiasi apapun prestasi si atlet.

"Sebagai saran lagi untuk PBSI dalam mendegradasi atlet pelatnas, apapun prestasinya selama dia membawa nama Indonesia di dadanya, sebaiknya PBSI memberi penghargaan apapun bentuknya (piagam atau sertifikat) yang akan berguna dan menjadi kebanggaan untuk masa depan atlet. Saya tidak melihat atlet yang banyak juara/prestasi. Tapi masih ada atlet lapis 2 dan yang lain dan setidaknya para mantan atlet ini akan bangga pernah membela pelatnas (nama Indonesia )," ujarnya.

Dia berharap kebiasaan buruk yang dilakukan PBSI bisa diubah demi kemajuan atlet bulutangkis ke depannya.

"Kebiasaan ini harus diubah oleh siapapun pengurusnya, jangan sampai turun menurun. Kalau tidak diubah, atlet juara Olimpiade, All England, juara dunia dan juara-juara lainnya akan merasakan hal yang sama. Perubahan harus di lakukan demi kebaikan anak cucu kita yang bercita-cita menjadi atlet bulutangkis," tutupnya.

Diketahui Tontowi pensiun dari bulutangkis pada Senin (18/5/2020). Keputusan gantung raket itu selain karena faktor keluarga, juga status magang yang diberikan PBSI kepadanya.

Sungkem sehat



(mcy/cas)

Hide Ads