Pelatih kepala ganda campuran Richard Mainaky optimistis atletnya mampu mempertahankan medali emas Olimpiade Tokyo. Motivasi Praveen Jordan dkk masih tinggi.
Ganda campuran Indonesia dituntut siap setelah tiga seniornya memutuskan gantung raket dalam setahun terakhir. Setelah Liliyana Natsir dan Debby Susanto yang pensiun bersamaan pada awal tahun 2019, giliran Tontowi Ahmad yang memutuskan berhenti dari dunia bulutangkis yang membesarkan namanya tersebut.
Tontowi menyampaikan terima kasih dan ucapan selamat tinggal pada pecinta bulutangkis, Senin (18/5/2020), viaalam media sosial Instagram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan Tontowi meninggalkan bulutangkis sempat disayangkan sejumlah pihak karena gap prestasi junior dengan pendahulunya masih jauh. Seiring itu, pertanyaan pun timbul terkait peluang ganda campuran mempertahankan medali emas Olimpiade Tokyo tahun depan.
"Kalau bicara olimpiade saya lebih fokus ke Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Karena kalau Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja saat ini masih ranking delapan kualifikasi Olimpiade. Nah, ini kan kami harus ada perjuangan lagi. Mudah-mudahan mereka bisa lolos," kata Richard kepada detikSport, melalui sambungan telepon.
"Sementara untuk Praveen sudah mengalami Olimpiade (meskipun saat itu masih berpasangan dengan Debby Susanto). Tapi saya tak terlalu khawatir karena saat itu mereka bisa sampai delapan besar. Penampilannya juga sangat bagus dan kalahnya dengan Tontowi/Liliyana. Kalahnya pun karena poin dan pertandingannya bagus. Saya melihat itu sebagai hal yang bagus dan positif," lanjutnya.
Optimisme Richard juga kian besar karena saat di SEA Games 2019 Manila, dalam kondisi lapangan yang sulit dan angin, serta beban emas di pundak Praveen/Melati, mampu menembusnya.
"Ini modal utamanya dan berlanjut mereka bisa juara All England. Saya rasa ini bagus sekali. Jadi saya tetap optimistis mempertahankan medali emas, tapi sementara kami target dulu merebut medali di Olimpiade," kakak kandung Rexy Mainaky ini menegaskan.
Meskipun begitu, pelatih asal PB Djarum ini tak menepis tantangannya bakal lebih besar karena mempertahankan yang sudah ada. Tontowi/Liliyana menjadi penyumbang medali emas di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.
"Sebenarnya kan saya sudah berapa kali, dari tahun 2000, 2004, sebenarnya sih waktu itu saya dua kali dapat perak,targetnya emas. Lalu 2016 dapat emas. Ya sekarang tantangannya mempertahankan," ujarnya.
"Tapi mempertahankan di sini dengan pemain yang berbeda, bukan orang yang sama. Jadi saya pikir motivasi kami tetap tinggi, tak ada beban berlebihan karena kami tetap merebut dengan mempertahankan apa yang diraih seniornya," dia menambahkan.
"Tinggal kami berkoordinasi dengan bagian Binpres Susy Susanti dan bagian luar negeri Bambang Roedyanto, dan Basri Yusuf bagian pengembangan. Mereka selalu mengcover kami dan mengevaluasi poin-poin lawan, jadi selalu ada laporan terus," ujarnya.
(mcy/cas)