Terletak di kaki pegunungan Ural, Ekaterinburg resmi didirikan pada 18 November 1723 dan mendapat status sebagai kota 73 tahun kemudian. Nama kota ini diambil dari nama istri Tsar Peter Agung, Yekaterina.
Pada abad ke-18, Ekaterinburg menjadi pusat industri besi Rusia. Kualitas produknya kala itu diakui sebagai yang terbaik tak hanya di Rusia tapi juga Eropa. Bangunan yang menggunakan besi dari Ekaterinburg adalah atap gedung parlemen Inggris di London dan konstruksi menara Eiffel di Paris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan posisinya itu, Ekaterinburg menjadi jantung dari strategi Rusia untuk pembangunan di wilayah Ural. Menyusul beroperasinya jalanan Siberia pada 1763, posisi Ekaterinburg kian strategis sebagai kota transit.
Pembangunan Ekaterinburg kemudian jadi lebih fokus ke perdagangan antara timur dan barat. Julukan 'jendela Asia' pun disematkan untuk Ekaterinburg.
Salah satu sudut di kota Ekaterinburg (Foto: Lars Baron/Getty Images) |
Dalam sejarahnya, Ekaterinburg juga menjadi saksi bisu tumbangnya monarki di Rusia. Di kota itulah tsar atau raja terakhir Rusia Nicolas II dan seluruh keluarganya dieksekusi pada 1918.
Ekaterinburg pernah mengalami perubahan nama setelah revolusi Rusia pada 1924. Nama Ekaterinburg diganti menjadi Sverdlovsk yang diambil dari pemimpin Partai Komunis Yakov Sverdlov. Namun pada 1991 nama kota tersebut kembali menjadi Ekaterinburg.
Pada tahun 2000an, perkembangan perdagangan, bisnis, dan pariwisata semakin pesat di Ekaterinburg. Kota ini juga beberapa kali menjadi tuan rumah pertemuan penting antara presiden Rusia dan kepala negara lainnya.
Ekaterinburg kini tercatat sebagai kota terbesar keempat di Rusia setelah Moskow, St. Petersburg, dan Novosibirsk. Saat ini, populasi di Ekaterinburg tercatat sekitar 1,5 juta jiwa.
Dengan lokasinya yang terletak di perbatasan Eurasia, Ekaterinburg berkembang menjadi kota metropolitan yang unik di mana Eropa dan Asia bertemu. Pada 2014, Ekaterinburg menjadi kota terpopuler ketiga di Rusia menurut turis asing setelah Moskow dan St. Petersburg.
Ekaterinburg pun punya banyak daya tarik. Terdapat lebih dari 600 monumen sejarah dan budaya di kota itu. Pemandangan arsitektur abad ke-19 juga jamak disaksikan di Ekaterinburg. Tak cuma itu, Ekaterinburg juga punya sekitar 50 museum dan berbagai macam teater.
Ekaterinburg dan Olahraga
Ekaterinburg juga berkembang menjadi salah satu pusat olahraga di Rusia. Sejumlah tim olahraga dari Ekaterinburg berkompetisi di liga tertinggi di Rusia seperti sepakbola, hoki es, basket, voli, dan futsal.
Di cabang olahraga sepakbola, Ekaterinburg punya FC Ural Yekaterinburg. Mereka bermarkas di Central Stadium.
Selesai dibangun pada 1957 dengan kapasitas 27.000 penonton, Central Stadium awalnya merupakan arena untuk berbagai olahraga. Stadion itu juga bisa dipakai untuk cabang olahraga atletik dan ice skating.
Central Stadium (Foto: Michael Regan/Getty Images) |
Setelah Ekaterinburg dipastikan jadi salah satu kota tuan rumah Piala Dunia 2018 pada 2012, Central Stadium kembali dirombak. Interior stadion harus dibangun ulang sehingga menambah kapasitas menjadi 45.000 kursi.
Central Stadium, yang selama Piala Dunia juga akan disebut Ekaterinburg Arena, akan menjadi tuan rumah untuk empat pertandingan dari empat grup. Keempat laga itu adalah Mesir vs Uruguay (Grup A), Prancis vs Peru (Grup C), Jepang vs Senegal (Grup H), dan Meksiko vs Swedia (Grup F).
Seluruh pertandingan Piala Dunia 2018 akan bisa disaksikan di TransMedia sebagai official licensed broadcaster. Untuk highlight pertandingan, analisis, dan berita-berita terbaru, bisa disaksikan di detik.com.
Baca juga: VAR Akan Dipakai di Piala Dunia 2018 |












































Salah satu sudut di kota Ekaterinburg (Foto: Lars Baron/Getty Images)
Central Stadium (Foto: Michael Regan/Getty Images)