Bintang-Bintang Sepakbola yang Gagal Bersinar di Inggris

George Weah punya reputasi besar: peraih Ballon d'Or, 58 gol/147 laga di AC Milan, juga 43 gol/118 laga di PSG. Tapi pindah ke Inggris di usia 34 tahun mungkin tak tepat. Dia bikin 5 gol/15 laga di Chelsea dan 4 gol/9 laga di Manchester City. Namun hanya 4 gol yang dicetaknya di liga, dari total golnya di Inggris tersebut. (Foto: Ben Radford/Allsport)
Sebelum ke Inggris, Mario Jardel bisa disebut dewa gol: 168 gol/170 laga di Porto, 34 gol/43 laga di Galatasaray, lalu 67 gol/62 laga di Sporting. Saat hijrah ke Bolton Wanderers, dia cuma bikin 3 gol/11 laga dan tak satupun dicetak di liga. (Foto: Michael Steele/Getty Images)
Radamel Falcao disebut El Tigre karena kebuasannya akan gol. 72 gol/87 laga di Porto, lalu 70 gol/91 laga di Atletico Madrid. Di Monaco, dia mengawali dengan 11 gol/19 laga di musim pertama. Tapi saat dipinjamkan ke Manchester United dan Chelsea, torehannya merosot: 4 gol/29 laga di MU dan 1 gol/12 laga di Chelsea. (Foto: Clive Rose/Getty Images)
Paulo Futre dikenal sebagai bakat alami. Dia debut timnas saat 17 tahun, lalu membawa Porto juara liga dan Liga Champions, disusul gelar Copa del Rey bareng Atletico. Usai serangkaian masa sulit di Benfica, Marseille, Reggiana, dan Milan, dia mencoba menghidupkan lagi karier di West Ham United. Namun gagal. (Foto: Getty Images Sport)
Branco tiba di Middlesbrough dengan status juara Piala Dunia dan Copa America sebagai bek sayap utama Brasil (72 caps). Dia juara di Liga Brasil dan Portugal. Tapi Branco cuma 9 kali tampil di Liga Inggris usai kontraknya diputus karena dinilai tampil mengecewakan. (Foto: John Gichigi/ALLSPORT/Getty Images)
Siapa tak kenal Juan Veron. Dia melejit bareng Parma dan Lazio, memenangi Scudetto, Coppa Italia, Piala UEFA, dan Piala Super Eropa. MU kepincut, tapi dia gagal memenuhi potensi. Dia bikin 11 gol & 10 assist dari 82 laga. Ia tak membaik saat di Chelsea: 1 gol & 2 assist di 14 laga. (Foto: Shaun Botterill/Getty Images Sport)
Andriy Shevchenko istimewa di AC Milan, mengantar tim juara liga, Coppa Italia, dan Liga Champions. Dia bikin 175 gol/322 laga di sana. Tapi di Chelsea performanya merosot. Dia cuma bikin 22 gol dari 77 laga, hanya berhasil memenangi Piala Liga Inggris. (Foto: Ian Walton/Getty Images)
Davor Suker dikenal sebagai salah satu pemain legendaris di sepakbola. Di Real Madrid, dia mencetak 46 gol/108 laga, memenangi Liga Spanyol dan Liga Champions. Tapi di Arsenal kontribusinya turun, hanya 11 gol/40 laga. Di West Ham catatannya tak membaik: 3 gol/14 laga. (Foto: Graham Chadwick /Allsport/Getty Images)
Semua tahu bagaimana nasib Angel Di Maria di Inggris. Setelah mengantarkan Madrid juara Liga Champions dan Copa del Rey 2013/2014, dia gabung MU. Di MU, Di Maria tampil medioker sampai dijual ke PSG di musim berikutnya. Dia bikin 4 gol & 12 assist di 32 laga, berbanding 36 gol & 87 assist di 190 laga di Madrid. (Foto: Laurence Griffiths/Getty Images)
Fernando Morientes mengilap di Real Madrid, memenangi dua titel liga dan tiga trofi Liga Champions. Usai mulai tergusur dari tempat utama, dia hijrah ke Liverpool. Tapi performanya tak terlalu meyakinkan, bikin 12 gol/60 laga. Dia dijual Liverpool setelah dua musim. (Foto: Alex Livesey/Getty Images)
Maicon didatangkan Manchester City dari Inter Milan untuk memperkuat sisi kanan. Maicon dianggap sebagai salah satu bek kanan terbaik, khususnya usai menjuarai Liga Champions di Inter. Tapi dia malah kesulitan menjaga kebugaran dan cuma semusim di City, hanya tampil 13 kali. (Foto: Michael Regan/Getty Images)