Corona Bikin Pesepakbola asal Mesir Ini Jadi Kuli Bangunan

Mahrous Mahmoud memamerkan jersey Timnas Mesir kebanggaannya di depan kamera.
Mahmoud seharusnya masih berada di lapangan hijau sebagai bek dari klub Benu Suef. Sebuah klub divisi kedua di Mesir. Namun, saat ini dia beralih profesi menjadi kuli bangunan.
Tak hanya kuli bangunan, Mahmoud juga mengumpulkan pundi-pundi untuk menghidupi keluarganya dengan menjadi penjual kue.
Liga divisi 2 ditutup sejak pertengah Maret 2020 lalu. Sumber penghasilan utama Mahmoud pun mengering. Hal itu terpaksa di lakukan pemerintah Mesir untuk menekan penyebaran Corona.
Sejak saat itu Mahmoud terus berupaya melakukan semua jenis pekerjaan apapun untuk memberi makan keluarganya.
Pasar di Manfalut yang berada di sebelah selatan Kairo tetap buka sepanjang pandemi. hal itu dimanfaatkan Mahmoud untuk bekerja paruh waktu sebagai pedagang pancake yang disebut qatayef. Sebuah camilan khas Mesir kala Ramadhan.
Sejak Mesir memutuskan kebijakan lockdown, Mahmoud pun harus kembali ke daerah asalnya untuk menjadi buruh harian di bidang konstruksi alias kuli bangunan.
Menjadi buruh harian, mahmoud mengaku saat pandemi seperti ini hanya bisa bekerja selama dua sampai 3 hari dalam seminggu.
Mahmoud yang berusia 28 tahun merupakan anak tertua dari dua putra. Ayahnya merupakan pensiunan sopir yang menderita masalah jantung. Ia menunjukkan bakat atletik sejak kecil. Mahmoud awalnya merupakan petinju di klub lokal, sebelum akhirnya sang pelatih meyakinkannya untuk bergabung dengan tim sepakbola. Dan sejak 16 tahun, Mahmoud telah menjadi pemain profresional.
Mahrous Mahmoud memamerkan jersey Timnas Mesir kebanggaannya di depan kamera.
Mahmoud seharusnya masih berada di lapangan hijau sebagai bek dari klub Benu Suef. Sebuah klub divisi kedua di Mesir. Namun, saat ini dia beralih profesi menjadi kuli bangunan.
Tak hanya kuli bangunan, Mahmoud juga mengumpulkan pundi-pundi untuk menghidupi keluarganya dengan menjadi penjual kue.
Liga divisi 2 ditutup sejak pertengah Maret 2020 lalu. Sumber penghasilan utama Mahmoud pun mengering. Hal itu terpaksa di lakukan pemerintah Mesir untuk menekan penyebaran Corona.
Sejak saat itu Mahmoud terus berupaya melakukan semua jenis pekerjaan apapun untuk memberi makan keluarganya.
Pasar di Manfalut yang berada di sebelah selatan Kairo tetap buka sepanjang pandemi. hal itu dimanfaatkan Mahmoud untuk bekerja paruh waktu sebagai pedagang pancake yang disebut qatayef. Sebuah camilan khas Mesir kala Ramadhan.
Sejak Mesir memutuskan kebijakan lockdown, Mahmoud pun harus kembali ke daerah asalnya untuk menjadi buruh harian di bidang konstruksi alias kuli bangunan.
Menjadi buruh harian, mahmoud mengaku saat pandemi seperti ini hanya bisa bekerja selama dua sampai 3 hari dalam seminggu.
Mahmoud yang berusia 28 tahun merupakan anak tertua dari dua putra. Ayahnya merupakan pensiunan sopir yang menderita masalah jantung. Ia menunjukkan bakat atletik sejak kecil. Mahmoud awalnya merupakan petinju di klub lokal, sebelum akhirnya sang pelatih meyakinkannya untuk bergabung dengan tim sepakbola. Dan sejak 16 tahun, Mahmoud telah menjadi pemain profresional.