Semangat Penyandang Disabilitas Berolahraga Sepak Bola Tangan

Salah satu lapangan di kawasan Kota Bandung ini, ramai oleh sejumlah penyandang disabilitas yang tengah berolahraga sepak bola tangan, Minggu (6/12/2020) pagi.
Keterbatasan tak menjadi halangan bagi para penyandang disabilitas tersebut untuk berolahraga dan meningkatkan kemampuan bermain sepak bola tangan.
Kegiatan bermain sepak bola tangan ini menjadi salah satu aktivitas rutin yang dilakukan teman Daksa untuk bersosialisasi dengan kawan-kawan lainnya.
Salah satu teman Daksa, Amin, bercerita mengenai awal mula permainan sepak bola tangan ini diminati oleh para penyandang disabilitas. Dia bercerita flashback beberapa tahun yang lalu, saat ia dan teman-temannya dari Perhimpunan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) berwisata ke pantai. "Awalnya dulu idenya main ke pantai iseng main bola. 'Yuk ah kita main bola pake tangan," kata Amin sambil menirukan ajakan temannya.
Mereka yang memiliki latar peristiwa berbeda saat kehilangan kakinya seperti karena kecelakaan atau disabilitas sejak lahir berkumpul dan bercengkrama untuk bermain dan berkompetisi pada umumnya. Ada yang mewakili dari Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan Komunitas Motor Difabel (Modif)
Dalam permainan tersebut, ada enam orang yang mewakili satu tim. Permainan sepak bola yang biasanya bertumpu pada kaki, kali ini diubah. Tangan menjadi senjata andalan untuk mengoper bola dan menggolkan pada gawang lawan.
 
Aturan sepak bola tangan disabilitas yang dimaksud seperti cara mengoper dan menggiring bola tidak boleh menggunakan dua tangan, atau aturan menyundul dan mengoper bola serta pemain tidak boleh menguasai bola selama lima detik.
Ukuran lapangan pun standar sekitar 18x10 meter dengan lebar gawang sekitar 3 meter. Permainan berlangsung selama 40 menit dengan kurun waktu istirahat sekitar 15 menit sebagai jeda babak pertama dan kedua. 
Permainan tersebut dilakukan beberapa hari yang lalu, tepatnya Kamis (3/12) di Lapang Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Cicendo, Kota Bandung. Ketua Perhimpunan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Bandung Guntur Afandi mengucapkan, rasa haru sekaligus bangga kepada teman-temannya yang berantusias saat kompetisi sepak bola tangan ini.
 
Seperti diketahui, ada beberapa cabang olahraga yang dipertandingkan secara nasional seperti tenis lapang, tenis meja, berenang, catur, hingga basket. Besar harapan Guntur, sepak bola tangan pun bisa menembus kancah nasional atau bahkan internasional.
Salah satu lapangan di kawasan Kota Bandung ini, ramai oleh sejumlah penyandang disabilitas yang tengah berolahraga sepak bola tangan, Minggu (6/12/2020) pagi.
Keterbatasan tak menjadi halangan bagi para penyandang disabilitas tersebut untuk berolahraga dan meningkatkan kemampuan bermain sepak bola tangan.
Kegiatan bermain sepak bola tangan ini menjadi salah satu aktivitas rutin yang dilakukan teman Daksa untuk bersosialisasi dengan kawan-kawan lainnya.
Salah satu teman Daksa, Amin, bercerita mengenai awal mula permainan sepak bola tangan ini diminati oleh para penyandang disabilitas. Dia bercerita flashback beberapa tahun yang lalu, saat ia dan teman-temannya dari Perhimpunan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) berwisata ke pantai. Awalnya dulu idenya main ke pantai iseng main bola. Yuk ah kita main bola pake tangan, kata Amin sambil menirukan ajakan temannya.
Mereka yang memiliki latar peristiwa berbeda saat kehilangan kakinya seperti karena kecelakaan atau disabilitas sejak lahir berkumpul dan bercengkrama untuk bermain dan berkompetisi pada umumnya. Ada yang mewakili dari Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, dan Komunitas Motor Difabel (Modif)
Dalam permainan tersebut, ada enam orang yang mewakili satu tim. Permainan sepak bola yang biasanya bertumpu pada kaki, kali ini diubah. Tangan menjadi senjata andalan untuk mengoper bola dan menggolkan pada gawang lawan. 
Aturan sepak bola tangan disabilitas yang dimaksud seperti cara mengoper dan menggiring bola tidak boleh menggunakan dua tangan, atau aturan menyundul dan mengoper bola serta pemain tidak boleh menguasai bola selama lima detik.
Ukuran lapangan pun standar sekitar 18x10 meter dengan lebar gawang sekitar 3 meter. Permainan berlangsung selama 40 menit dengan kurun waktu istirahat sekitar 15 menit sebagai jeda babak pertama dan kedua. 
Permainan tersebut dilakukan beberapa hari yang lalu, tepatnya Kamis (3/12) di Lapang Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Cicendo, Kota Bandung. Ketua Perhimpunan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Bandung Guntur Afandi mengucapkan, rasa haru sekaligus bangga kepada teman-temannya yang berantusias saat kompetisi sepak bola tangan ini. 
Seperti diketahui, ada beberapa cabang olahraga yang dipertandingkan secara nasional seperti tenis lapang, tenis meja, berenang, catur, hingga basket. Besar harapan Guntur, sepak bola tangan pun bisa menembus kancah nasional atau bahkan internasional.