7 Tragedi Kerusuhan Sepakbola di Dunia, Stadion Peru-Kanjuruhan

Kerusuhan yang terjadi karena bentrokan antara polisi dan suporter klub sepak bola Zamalek di Kairo, Mesir. Dalam tragedi ini, sebanyak 40 orang tewas dan puluhan orang luka-luka. Mayorita korban meninggal adalah anggota Ultra White Knights, suporter ‘garis keras’ Zamalek. (Reuters/Stringer)

Sejumlah mayat dikumpulkan di lapangan saat tragedi ketusuhan di laga Chiefs vs Orlando Pirates berlangsung di Stadion Ellis Park, Johannesburg, Afrika Selatan, 11 April 2001. Tragedi ini mengakibatkan 42 suporter meninggal akibat kerusuhan. Tindakan petugas keamanan yang berusaha membubarkan justru berujung kerusuhan yang lebih besar sehingga korban jiwa berjatuhan. (Dok. panditfootball.com)

Suporter Liverpool berusaha memanjat ke tribun atas saat sejumlah orang tergencet di bawah pada pertandingan semi final Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest di Hillsborough, Sheffield, 15 April 1989. Tragedi mewarnai laga semifinal Piala FA antara Liverpool vs Nottingham Forest. Sebanyak 96 suporter meninggal di Stadion Hillsborough. (Bob Thomas/Getty Images)

Tim penyelamat dan polisi mencari korban pada 29 Mei 1985 di lokasi kerusuhan di stadion sepak bola Heysel di Brussel, Belgia. Dalam kerusuhan tersebut mengakibatkan 39 orang tewas, satu jam sebelum Final Piala Eropa antara Liverpool dari Inggris dan Juventus dari Turin, Italia. Tragedi itu terjadi ketika dinding stadion runtuh di bawah tekanan orang-orang dan menghancurkan penggemar Juventus ketika mereka mencoba melarikan diri dari pendukung Liverpool. (Dominique Faget/Getty Images)

Insiden berdarah paling mengerikan di sepak bola terjadi pada 1964 di Stadion Nasional Peru, Lima. Laga kualifikasi Olimpiade yang mempertemukan Timnas Peru melawan Timnas Argentina, berakhir mengerikan. Gol Peru di menit akhir yang dianulir wasit menjadi pemicunya. Puluhan ribu suporter berusaha menginvasi lapangan, yang direspons kepolisian dengan tindakan tegas. Kepanikan yang melanda suporter, menjadi pemicu tewasnya 328 orang. (Peruvian Institute of Sports via BBC)

Pertemuan antara dua klub papan atas, Heart of Oak vs Kotoko, diwarnai insiden berdarah yang terjadi di Stadion Accra, Ghana, pada 2001. Ulah penggemar Kotoko yang melempari berbagai benda ke lapangan direspons polisi dengan gas air mata. Penonton yang panik lantas berusaha melarikan diri. Nahas, pintu-pintu keluar stadion tidak mau terbuka. Sebanyak 126 orang tewas akibat insiden tersebut. (Dok. Twitter/goldcoastghana_)

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, langsung menjadi salah satu tragedi paling mematikan di sepak bola. Khusus bagi Indonesia, ini adalah tragedi sepak bola yang paling memilukan. Betapa tidak, sebanyak 127 orang dikonfirmasi tewas. (STR/Getty Images)

Kerusuhan yang terjadi karena bentrokan antara polisi dan suporter klub sepak bola Zamalek di Kairo, Mesir. Dalam tragedi ini, sebanyak 40 orang tewas dan puluhan orang luka-luka. Mayorita korban meninggal adalah anggota Ultra White Knights, suporter ‘garis keras’ Zamalek. (Reuters/Stringer)
Sejumlah mayat dikumpulkan di lapangan saat tragedi ketusuhan di laga Chiefs vs Orlando Pirates berlangsung di Stadion Ellis Park, Johannesburg, Afrika Selatan, 11 April 2001. Tragedi ini mengakibatkan 42 suporter meninggal akibat kerusuhan. Tindakan petugas keamanan yang berusaha membubarkan justru berujung kerusuhan yang lebih besar sehingga korban jiwa berjatuhan. (Dok. panditfootball.com)
Suporter Liverpool berusaha memanjat ke tribun atas saat sejumlah orang tergencet di bawah pada pertandingan semi final Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest di Hillsborough, Sheffield, 15 April 1989. Tragedi mewarnai laga semifinal Piala FA antara Liverpool vs Nottingham Forest. Sebanyak 96 suporter meninggal di Stadion Hillsborough. (Bob Thomas/Getty Images)
Tim penyelamat dan polisi mencari korban pada 29 Mei 1985 di lokasi kerusuhan di stadion sepak bola Heysel di Brussel, Belgia. Dalam kerusuhan tersebut mengakibatkan 39 orang tewas, satu jam sebelum Final Piala Eropa antara Liverpool dari Inggris dan Juventus dari Turin, Italia. Tragedi itu terjadi ketika dinding stadion runtuh di bawah tekanan orang-orang dan menghancurkan penggemar Juventus ketika mereka mencoba melarikan diri dari pendukung Liverpool. (Dominique Faget/Getty Images)
Insiden berdarah paling mengerikan di sepak bola terjadi pada 1964 di Stadion Nasional Peru, Lima. Laga kualifikasi Olimpiade yang mempertemukan Timnas Peru melawan Timnas Argentina, berakhir mengerikan. Gol Peru di menit akhir yang dianulir wasit menjadi pemicunya. Puluhan ribu suporter berusaha menginvasi lapangan, yang direspons kepolisian dengan tindakan tegas. Kepanikan yang melanda suporter, menjadi pemicu tewasnya 328 orang. (Peruvian Institute of Sports via BBC)
Pertemuan antara dua klub papan atas, Heart of Oak vs Kotoko, diwarnai insiden berdarah yang terjadi di Stadion Accra, Ghana, pada 2001. Ulah penggemar Kotoko yang melempari berbagai benda ke lapangan direspons polisi dengan gas air mata. Penonton yang panik lantas berusaha melarikan diri. Nahas, pintu-pintu keluar stadion tidak mau terbuka. Sebanyak 126 orang tewas akibat insiden tersebut. (Dok. Twitter/goldcoastghana_)
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, langsung menjadi salah satu tragedi paling mematikan di sepak bola. Khusus bagi Indonesia, ini adalah tragedi sepak bola yang paling memilukan. Betapa tidak, sebanyak 127 orang dikonfirmasi tewas. (STR/Getty Images)