Penggiat suporter, Arista Budiyono, mengatakan jika membandingkan dengan kondisi sistem antrean yang ada di Gelora Bung Karno beberapa waktu lalu, dengan penjualan tiket offline yang digelar di Komando Garnisun Tetap I, Gambir, GBK disebutnnya tetap lebih baik.
Untuk diketahui alasan PSSI, memindahkan penjualan tiket dari GBK ke markas militer adalah untuk mengantisipasi calo sehingga distribusi tiket akan lebih merata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: Lamhot Aritonang |
"Sebenarnya sih (panpel) seperti tidak siap. Di GBK kan ada jalurnya, kalau di sini tidak ada. Saya dari semalam pantau kalau sudah ada antrean di depan gerbang Markostrad tetapi mereka (seperti) tidak prepare," kata kata Arista dalam perbincangan dengan detikSport, Selasa (13/12/2016).
Arista menyoroti sistem antrean yang bukan memanjang tetapi melebar, yang akhirnya membuat kericuhan terjadi di sela-sela penjualan tiket offline, pagi tadi di Markostrad.
"Minimal ada tali rapiah kek atau apa. Tapi semakin pagi, mereka yang sudah antre tidak mendapatkan antrean yang seharusnya. Akhirnya seperti itu, 'gue datang dulu, ya gue harus dapat dulu'. Karena pemikiran seperti itu yang membuat chaos."
"Kecuali ada pembatas atau pagar seperti di GBK. Misalnya baru datang, ya berarti harus di belakang kita. Jadi saya lebih berpikir, (mereka) tidak siap sih. Bagus tapi secara teknis di lapangannya tidak siap. Kesiapannya paling hanya 50-70 persen. Jika dibandingkan dengan tadi pagi, menurut saya sistem antreannya lebih baik di GBK."
Arista pun menceritakan kejadian yang terjadi pagi tadi sampai akhirnya kondisi di lokasi penjualan tiket offline tidak kondusif.
Foto: Lamhot Aritonang |
"Menurut informasi teman-teman (penggiat suporter) sejak pukul 06.00 lewat, suporter yang di luar diminta masuk ke halaman markostrad tapi akhirnya ricuh karena tidak sesuai dengan antrean. Saya tiba di lokasi pukul 06.30 WIB dan memang sudah ada sekitar 2 ribuan orang di dalam halaman."
[Baca Juga: Suporter Pengantre Tiket Indonesia vs Thailand Bertumbangan]
"Sementara konsep antrean di Markostrad untuk menuju loket itu 60 orang pertama masuk Garnisun dan 60 orang selanjutnya ada yang nyelonong hingga akhirnya ricuh, dan satu lagi antrean itu tidak memanjang tetapi melebar, yang bisa membuat di pinggir bisa ke tengah."
Arista pun berharap ke depannya sistem penjualan tiket bisa disiapkan lebih dini. Sistem online disebutkan dia bisa dimanfaatkan, namun dengan kapasitas yang lebih besar untuk mengantispasi akses yang membludak.
"Sebenarnya kalau koordinasinya jelas buat online saja. Seperti PT KAI saat lebaran mereka tidak chaos. Antre tiket online dsb. Kalau online susah, tapi online lebih aman dan lebih baik daripada offline. Kalau offline kan penyelewenangan bisa terjadi. Paling kapasitasnya saja yang ditingkatkan. Online lebih baik lah," simpulnya.
[Baca Juga: Tenteng Sandal Jepit, Suporter Ini Kegirangan Dapat Tiket Final]
Saksikan video dari 20detik di sini:
(mcy/din)












































Foto: Lamhot Aritonang
Foto: Lamhot Aritonang