Heynckes kembali ke Bayern pada Oktober lalu setelah Carlo Ancelotti gagal membawa Bayern menunjukkan performa optimal. Sejak Heynckes datang, konsistensi Bayern pun kembali.
Di bawah kendali Heynckes, Bayern langsung kembali menggigit dengan merangkai sembilan kemenangan, sebelum kemudian dikalahkan Borussia Moenchengladbach. Setelah itu, Bayern kembali merangkai laju tak terkalahkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Die Roten Membidik Treble |
Mereka melalui 20 laga tanpa kekalahan dan hanya sekali imbang, bahkan sempat melaju dengan 16 kemenangan beruntun. Namun rangkaian itu kemudian dirusak RB Leipzig di lanjutan Bundesliga, Senin (19/3/2018) dinihari WIB.
Bayern takluk 1-2 di markas Leipzig setelah unggul lebih dulu. Meski demikian, hasil itu tak mengubah situasi Bayern di papan klasemen. Die Roten masih memimpin dengan nilai 66 dari 27 laga, 17 poin di depan Schalke 04 di posisi dua.
Dalam posisi amat bagus di Bundesliga, Bayern juga masih berpeluang menjuarai DFB-Pokal dan Liga Champions. Situasi ini bisa mengantarkan Heynckes ke sebuah akhir yang amat legendaris bersama Bayern, khususnya jika pensiun di akhir musim ini.
Baca juga: Leipzig Hentikan Keperkasaan Bayern |
"Jika Heynckes berhenti musim panas nanti, itu akan sangat masuk akal. Saya tak bisa membayangkan dia terus melatih ketika berusia 73 tahun nanti," jelasnya kepada Bild dilansir Soccerway.
"Akan lebih baik jika berhenti saat di puncak karier. Jika dia melakukan itu setelah musim ini selesai, ia akan menjadi dewa di Bavaria. Heynckes membuat perbedaan dengan karakternya, filosofi, dan sikap kepada para pemain."
"Heynckes adalah pemimpin tim ini, meski Uli Hoeness selalu berpikir dialah pemimpin di Bayern. Tapi saat ini bukan itu yang terjadi karena pemimpin di klub selalu seorang pelatih. Meski saya tak bekerja dengan Hoeness, saya harus bilang bahwa dia dan Karl-Heinz Rummenigge bekerja sangat fantastis di Bayern, mereka punya peluang juara Liga Champions," papar Van Gaal. (raw/mrp)