Xavi Hernandez mengakui menjadi pelatih Barcelona tidaklah mudah. Sebab Xavi tidak cuma dituntut menang, tapi juga bermain cantik.
Xavi ditunjuk menjadi pelatih menggantikan Ronald Koeman November lalu. Bermodal pengalaman melatih di klub Qatar Al-Sadd, Xavi dibebani tugas untuk membangkitkan Los Cules.
Awalnya Xavi kesulitan karena skuat Barcelona saat itu dirundung badai cedera dan beberapa pemain topnya tidak dalam performa terbaiknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelan namun pasti, Xavi mampu memberikan sentuhan tebraik untuk Barcelona. Hasilnya terlihat kini ketika Barcelona yang berada di posisi kesembilan saat Xavi datang, kini sudah ada di posisi kedua klasemen dengan 60 poin dari 30 laga.
Selisih dengan Real Madrid kini dipangkas jadi 12 poin dengan rivalnya itu sudah bermain satu laga lebih banyak. Bahkan jarak poin itu bisa berkurang sampai satu digit untuk pertama kalinya sejak awal musim, jika Barcelona memenangi partai tunda.
Dengan liga menyisakan delapan pekan lagi, maka Barcelona masih menjaga kans juara LaLiga. Belum lagi Barcelona masih berpeluang melaju di Liga Europa meski harus melewati Eintracht Frankfurt di perempatfinal.
Barcelona-nya Xavi kini bahkan jadi tim Eropa dengan rentetan laga tanpa terkalahkan paling panjang, yakni 15 laga di liga. Tapi, pekerjaan Xavi tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Sebab Xavi dituntut untuk bisa menang sekaligus memainkan sepakbola indah seperti DNA Barcelona selama ini. Apalagi sejak kepergian Pep Guardiola dan Luis Enrique, Barcelona kehilangan identitas itu.
"Kami wajib bermain baik dan menang. Ini adalah Barca. Kemenangan 1-0 selama 90 menit saja tidak cukup, kami tahu itu," ujar Xavi Hernandez di ESPN.
"Bagi mereka yang tahu klub ini, kami harus tampil secantik mungkin. Itulah mengapa klub ini adalah yang paling sulit di dunia. Tidak bisa dibandingkan. Tidak ada klub lain seperti ini dengan tuntutan main cantik setinggi ini. Itu sangat sulit," sambungnya.