Sejak lama sekali, rivalitas antara Real Madrid dan Barcelona menyeret tema perlawanan antara penguasa dan kaum yang dikekangnya. Karena tema itu juga, nama Jenderal Francisco Franco ikut disebut-sebut.
Bahwa Franco adalah pendukung Madrid dan kerap disebut menggunakan kekuasaannya untuk menguntungkan Los Blancos itu sudah menjadi folklore atau dongeng tersendiri. Padahal, cerita sebenarnya tidak seperti itu.
Kisah Franco sebagai antagonis yang mendukung klub asal ibu kota hanyalah cerita yang dicocok-cocokkan dalam narasi besar rivalitas Madrid dan Barca. Kebetulan, Barca mewakili Catalunya, entitas yang ditindas oleh Franco selama ia berkuasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam bab tersebut, Fitzpatrick mengutip ahli sejarah asal Inggris yang mengkhususkan diri pada sejarah Spanyol, Paul Preston, juga sekretaris pers Real Madrid pada era kekuasaan Franco, Raimundo Saporta.
Menurut Preston, Franco pernah beberapa kali memenangi taruhan dengan menggunakan nama Francisco Cofran. Sementara itu, Saporta menyebut bahwa ia tidak pernah menunjukkan emosi sedikit pun ketika menyaksikan Madrid bertanding.
Narasumber lainnya adalah Santiago Segurola, seorang wartawan senior Spanyol yang pernah bekerja untuk El Pais. Dari Segurola-lah muncul ucapan menarik akan Franco.
"Dia haus darah. Dia suka menonton film di istana El Pardo, tapi tak punya ketertarikan khusus pada sepakbola. Dia lebih suka menandatangani persetujuan hukuman mati daripada bermain atau menyaksikan pertandingan sepakbola," kata Segurola.
Jimmy Burns, penulis buku 'La Roja: How Soccer Conquered Spain and How Spanish Soccer Conquered the World', juga membenarkan bahwa Franco sama sekali tidak menyukai Madrid. Yang mengejutkan, Burns malah menyebut bahwa Franco tertarik dengan Athletic Bilbao.
Ini mengejutkan lantaran Bilbao merupakan klub yang sepenuhnya mewakili bangsa Basque, yang sama seperti Catalunya juga mendapatkan penindasan dari Franco.
Menurut Burns, ketertarikan Franco pada Athletic dikarenakan gaya main mereka yang amat spartan. Gaya main Athletic kala itu memang berbeda. Punya akar dan keterkaitan yang kuat dengan Inggris, Athletic juga punya gaya main ke-Inggris-Inggris-an: Keras dan amat mengandalkan fisik.
Franco, disebut Burns, suka karakteristik permainan keras Athletic. Lantaran menggemari sifat keras ini jugalah Franco menyukai frase 'La Furia Roja' (atau 'The Red Fury') sebagai julukan untuk tim nasional Spanyol.
Franco disebut lebih suka menggunakan sepakbola sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan politiknya, bukan sebaliknya. Tidak hanya Madrid, Franco bahkan pernah menaruh perhatian kepada Atletico Madrid lantaran alasan serupa. Justru banyak loyalis Franco bermain untuk Atletico, kendati pun ia tidak menggemari klub tersebut.
"Pemerintahan Franco mengambil untung dari Real Madrid karena Real Madrid adalah alat propaganda bagus di luar Spanyol. Seperti Kuda Troya untuknya," tulis Fitzpatrick.
[Baca Juga: Jenderal yang Abadi dalam Perseteruan Real Madrid-Barcelona]
(roz/krs)