Dua raksasa LaLiga, Real Madrid dan Barcelona, membuat rekrutan mengejutkan musim panas ini. Selain mendatangkan bintang-bintang Eropa, keduanya mendatangkan pemain muda Jepang.
Real Madrid mendatangkan Kubo dari FC Tokyo, dan Barcelona mendatangan Hiroki Abe dari Kashima Antlers. Keduanya gelandang belia Tim Samurai Biru itu disebut-sebut bukan sekadar pemain biasa berkat kemampuannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak 1990, Jepang mencanangkan target menaklukkan sepakbola dunia. Dua tujuan yang hendak dicapai adalah menciptakan liga sepakbola yang mampu bersaing dengan liga top Eropa pada 2030 dan, tentu saja, menjuarai Piala Dunia 2050.
Target itu bukan isapan jempol. Pada April lalu, Mitsuru Murai, presiden J-League, memaparkan proyek ambisius Jepang di World Football Summit Asia, di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Kami punya visi jangka panjang. Pada 2030, kami ingin menjadi satu dari empat liga terbaik di dunia. Ada dua faktor utamanya, sistem manajemen klub. Dari 55 klub di J-League, tidak ada pembayaran gaji yang telat. Kami tidak pernah tersandung match fixing sepanjang sejarah. Kami tidak punya rekam jejak kekerasan dan diskriminasi, inilah fondasi kami," ujar Murai.
"Faktor kedua adalah punya klub yang berorientasi pada komunitas. Kami tidak akan membiarkan semua klub punya nama brand perusahaan dalam timnya. Perusahaan bisa menginvestasikannya dalam jangka pendek, tapi klub punya visi jangka panjang yang takkan berubah."
"Klub kami melakukan kegiatan yang berorientasi pada lingkungan sekitar lebih dari 390 kali setahun, yang merupakan poin unik yang kami miliki. Ini adalah kekuatan kami yang diharapkan bisa menjadikan ini salah satu yang terbaik di dunia," kata Murai, seperti dilansir situs resmi World Football Summit.
Baca juga: Video-video Eden Hazard Menginspirasi Kubo |
Perekrutan beberapa pemain top Eropa di J-League turut membantu proyek mercusuar Jepang. Kedatangan bintang seperti Fernando Torres, David Villa, dan Andres Iniesta, punya peranan penting dalam pembangunan sepakbola Jepang.
Kehadiran mereka membuat sepakbola Jepang tersorot media, sekaligus mengenalkan sepakbola Jepang yang sedianya masih kurang populer di negara sendiri. Di sisi lain, kedatangan pemain top itu juga turut melecut para pemain muda Jepang itu sendiri.
Klub di Jepang juga harus punya dua tim belia yakni U-15 dan U-18. Adapun tim utamanya harus menaruh beberapa pemain mudanya untuk bisa mengembangkan bakatnya.
Sistem itu juga berpengaruh pada perkembangan industri sepakbola di Jepang. Pembinaan usia muda pada akhirnya bisa 'dijual' Jepang untuk meyakinkan perusahaan media membeli hak siar sebesar 10 juta dolar pada 2016.
Kini, proyek yang digagas 30 tahun lalu mulai memperlihatkan hasilnya. Kubo dan Abe, dua gelandang belia Jepang, bisa menarik perhatian raksasa sepakbola dunia seperti Real Madrid dan Barcelona.
Kubo dan Abe juga menambah panjang daftar pesepakbola Jepang yang berkarier di Eropa. Kini, pemain asal Jepang mulai banyak ditemukan di berbagai liga, dari LaLiga, Premier League, Ligue 1, dan Bundesliga.
Dan buahnya tentu saja bermuara ke capaian timnas. Sejak 1998, Jepang tak pernah absen berlaga di Piala Dunia, dengan capaian terakhirnya di edisi 2018 adalah menjejak babak 16 besar, sebelum dihentikan Belgia. (yna/din)