GFNY Indonesia 2016, Jelajah Lombok dengan Sepeda

GFNY Indonesia 2016, Jelajah Lombok dengan Sepeda

Andi Abdullah Sururi - Sport
Selasa, 03 Mei 2016 12:55 WIB
Lombok -

Pukul 05.30, langit di sebuah sudut kawasan Jalan Raya Senggigi masih menyemburatkan sisa purnama semalam. Sesekali sepeda motor melintas. Dua ekor anjing liar mengais-ngais tempat sampah, seorang ibu membersihkan halaman rumahnya dengan sapu lidi.

Di awal hari yang masih sepi itu ada suatu kesibukan persis di depan resort Santosa. Satu unit mobil dan tiga motor patroli kepolisian terparkir di sana. Belasan orang berkumpul dengan atribut yang khas: kaos ketat berwarna hijau, celana selutut, helm lonjong di kepala. Menit demi menit, jumlah mereka terus bertambah. Mereka berdatangan, sendiri-sendiri maupun berkelompok, dengan menuntun atau mengayuh sepeda.

Tak lama berselang sebuah kendaraan roda empat tiba di lokasi. Seorang laki-laki turun. Dengan kostum seperti itu, mungkin tak banyak yang mengenali kalau pria itu adalah sosok nomor satu di Nusa Tenggara Barat. Muhammad Zainul Majdi, sang gubernur, menyapa orang-orang yang sudah lebih dulu hadir di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang lain, sembari menunggu, ada yang bercengkrama, menyetel sepeda-sepeda mereka. Panitia menawarkan makanan kecil dan pisang untuk mengisi perut sebelum aktivitas dimulai.

Jam 6 kurang lima menit, seorang pria bule menenteng sebuah pengeras suara, meminta para biker mengambil posisi di jalan raya. "Are you ready?" seru dia. Sekitar 40-orang, termasuk Pak Gubernur, sudah nangkring di atas sepedanya, membentuk barisan di garis start, mengusung aura semangat sepagi itu.

"Go!!!"

Dan dimulailah acara pergowesan itu.

***

Hari itu, Sabtu 23 April 2016, diadakan tes rute untuk event Gran Fondo New York (GFNY) Indonesia, yang akan dihelat di Lombok, pada 2 Oktober mendatang. Itulah untuk pertama kalinya Indonesia menjadi salah satu tuan rumah internasional, yang termasuk dalam rangkaian seri dunia GFNY, yang puncaknya akan digelar di New York, Amerika Serikat, pada 21 Mei 2017.

Gran Fondo adalah lomba balap sepeda jarak jauh yang pesertanya bukanlah atlet profesional. Jenis road bicyle race yang satu ini sudah ada sejak tahun 1970, dan GFNY adalah salah satu Gran Fondo paling terkenal di dunia. Selain Indonesia, tuan rumah lain untuk seri dunia GFNY 2016/2017 adalah Mont Ventoux (Prancis), Mexico City, Jerman, Italia, Argentina, Cozumel (Meksiko), Uruguay, dan Kolombia.

Gran Fondo umumnya menempuh jarak antara 120 sampai 200 kilometer, termasuk rute menanjak (vertical climbing), walaupun ada pula yang menawarkan rute yang lebih pendek. Di Lombok nanti, dua rute yang diperlombakan adalah 80 dan 180 km. Dan sebagai event "gowes lintas alam", panorama rute menjadi daya tarik utama Grand Fondo.



"Kami tidak butuh waktu lama, prosesnya hanya sekitar dua bulan, untuk meyakinkan GFNY bahwa Lombok akan menjadi tempat yang luar biasa untuk event ini. Dengan segala keindahannya, kami yakin Lombok akan memberi kesan menawan yang takkan terlupakan, khususnya kepada para peserta dari mancanegara," ujar Axel Moeller, sang bule pemberi aba-aba start di Senggigi, selaku promotor sekaligus penyelenggara GFNY Indonesia.

Keyakinan Axel tentu bukanlah sekadar promosi wisata. Lombok sudah dikenal sebagai salah satu destinasi terbaik di bumi Nusantara. Dus, melalui GFNY nanti, menjelajahinya dengan sepeda, akan menjadi sebuah cara tersendiri yang akan menciptakan sensasi lain dalam menikmati keindahan Lombok.

GFNY Indonesia dimulai dari kawasan utara Senggigi. Setelah menyusuri rute pantai di sisi kanan, pergowesan lalu memasuki kota Mataram. Setelah Patung Sapi dan Monumen Seribu Masjid, perjalanan berlanjut menuju Sekotong Bawah, melintasi kawasan pedesaan.



Pada pos minum pertama di KM 40 -- total ada 8 pos minum--, peserta bisa beristirahat sejenak sambil menikmati panorama laut di Pelabuhan Lembar. Peserta tes rute memanfaatkan momen ini dengan berfoto-foto dan bersenda gurau. Baru di sini saja mereka sudah tampak menikmati penjelajahannya.



Pergowesan dilanjutkan menuju Sekotong Tengah. Di sepanjang jalan, peserta akan mendapatkan sensasi lain ketika menyusuri persawahan, daerah penambangan emas, dan dua pasar tradisional.

Jalur yang paling menantang sekaligus memesona adalah di kawasan Nambung. Inilah rute menanjak yang akan sangat melelahkan, karena treknya naik turun bukit. Meski demikian, bagi Anda yang berjiwa petualang, rute ini terlalu menggoda untuk dilewatkan. Lajur yang sempit, jurang sungai di samping kiri, kambing-kambing yang digembala, kerbau-kerbau yang asyik merumput di sisi jalan, anjing-anjing hutan yang berkeliaran. Sungguh nuansa yang... desa banget!

Di sebuah tanjakan dengan titik kemiringan hampir 60 derajat, ketika para peserta terpaksa menuntun sepedanya, mereka mendapatkan sebuah lokasi yang luar biasa indah. Sambil beristirahat di bawah pepohonan, dari ketinggian tersebut mereka dapat melemparkan pandangan ke laut cantik nan membiru tegas di kejauhan. Di tempat seperti ini, Anda pasti akan lupa bahwa Anda sedang "berlomba", karena saat itu yang muncul adalah hasrat menikmati keindahan bumi, mengabadikan sebanyak-banyaknya dengan kamera di telepon seluler, sebagai sederet memori yang tak terlupakan.

"Rugi kalau bersepeda di Lombok tapi ngebut. Kita tuntun saja lah, hahaha. Alam yang indah terlalu rugi untuk dilewatkan. Harus dinikmati sejadi-jadinya," cetus Zelly Mitia, seorang peserta dari Jakarta.

[Lihat foto-foto selengkapnya di sini]

Dari Nambung, perjalanan dilanjutkan menuju Batu Jangkih, yang treknya masih perbukitan, sampai persis tengah hari di KM 100 di daerah Batu Jai. Di tempat ini para peserta -- yang berasal dari berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Solo, Yogyakarta, dan Bali -- beristirahat lagi dan bersantap siang.

Setelah itu perjalanan kembali ke arah utara, Lombok tengah, terus menuju Pusuk Pass, dengan pemandangan Gunung Rinjani di kejauhan, berbelok di Nipah, Malimbu, dan kembali ke Senggigi dan finis juga di Santosa Resort. Sesi tes rute ini berakhir pada sekitar pukul 4 sore, alias menghabiskan waktu sekitar 10 jam untuk menempuh jarak sejauh 180 kilometer.

"Asyik sekali. Jalannya mulus, bersih, polusinya sedikit karena jumlah kendaraan relatif sedikit. Jadi, nyaman sekali untuk bersepeda," ujar Sylvia Novita, istri Kapolres Lombok Barat, yang juga menjadi peserta sesi tes rute untuk GFNY Indonesia tersebut.

"Soal panorama, jangan ditanya dong. Indah sekali Lombok ini. Sangat layak untuk dieksplor. Ayo semua datang ke Lombok ya," tambahnya sambil tersenyum.

Nah, bagi Anda yang ingin mengeksplorasi Lombok dengan bersepeda, bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti Gran Fondo New York Indonesia pada 2 Oktober mendatang.





(a2s/fem)

Hide Ads