Seperti dikabarkan oleh Humas PB Percasi Kristianus Liem dalam rilis yang diterima detiksport, Edhi menghembuskan nafas terakhir pukul 00.15 WIB di RS Bina Husada, Cibinong. Edhi diketahui mengidap komplikasi penyakit infeksi paru-paru dan pembengkakkan jantung.
Jenazah Edhi saat ini disemayamkan di rumah duka Atmajaya Pluit, Jakarta. Selanjutnya, jenazah Edhi akan dibawa ke Solo pada Kamis (19/2) mendatang untuk dimakamkan di pekuburan keluarga di Solo. Edhi sendiri lahir di Solo, 28 Agustus 1960.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semasa jadi pemain, Edhi Handoko adalah pecatur dengan tipe permainan agresif menyerang. Beberapa tahun terakhir, karena merasa kondisi fisiknya menurun terutama karena masalah penyakit darah tinggi, Edhi memutuskan mundur sebagai pemain dan konsentrasi menjadi pelatih. Ia sempat menjadi pelatih GMW Irene Kharisma Sukandar maupun juara dunia pelajar Farid Firmansyah dan beberapa pecatur muda Indonesia lainnya.
Sebagai pemain, Edhi Handoko pernah empat kali juara nasional, yaitu tahun 1978, 1979, 1984 dan 1991. Edhi juga merebut medali emas PON 1985 baik di perorangan maupun beregu. Tahun 2004, Edhi juga merebut emas di nomor beregu.
Di tingkat internasional Edhi Handoko delapan kali membela tim Indonesia sebagai pemain yakni tahun 1980, 1982, 1984, 1986, 1988, 1992, 1994, dan 2000. Ia menjabat sebagai kapten tim putri Indonesia tahun 1990 dan kapten tim putra tahun 2006 dan 2008.
Prestasi lainnya, Edhi Handoko ikut merebut medali perak beregu SEA Games Vietnam 2003, juara beregu Antarkota Asia tahun 1993 dan 1994.
Edhi meninggalkan seorang istri, Endang Hastari S, dan dua orang putra, Ekona Sulistya Wibowo dan Okana Razzi Giovani.
(arp/arp)