Sutrisno, Juara Angkat Berat yang Tak Kenal Lelah

PON XVI

Sutrisno, Juara Angkat Berat yang Tak Kenal Lelah

- Sport
Jumat, 10 Sep 2004 16:10 WIB
Palembang - Angkat berat bukan olahraga populer di Indonesia. Namun tahukah Anda kalau sudah banyak atlet angkat berat yang mengharumkan nama negeri ini di manca negara,salah satunya bernama Sutrisno.Sutrisno lahir di Natar, Lampung Selatan, 20 Maret 1975. Pria yang akrab dipanggil Trisno ini mengenal angkat berat dari seorang temannya di Lampung.“Awalnya saya senang semua cabang atletik. Suatu hari seorang teman bernama A. Zairin mengajak saya ke angkat berat. Saya tertarik karena di cabang ini tak terlalu banyak saingan. Lagipula kalau di lari postur mempengaruhi, sementara di angkat berat kita hanya mengandalkan power (kekuatan),” ujarnya mengenang 12 tahun lalu.Nyatanya Trisno memang tak salah pilih. Sejak memutuskan untuk menggeluti angkat berat, tahun 1992, sudah banyak ajang kejuaraan yang diselenggaran di dalam negeri maupun manca negara yang ia menangkan. Ajang angkat berat pertama yang dimenangkannya adalah kejuaraan wilayah (jurwil) tahun 1992. Ketika itu Trisno, yang turun di kelas 56 kg, mampu merenggut perunggu. Di tingkat nasional (PON), sejak ikut serta tahun 1993 lalu, ia mampu mengoleksi tiga medali emas dan satu perunggu.Di tingkat internasional prestasinya lebih baik lagi. Emas kejuaraan yunior di Bali (1994), emas kejuaraan junior di Filipina (1994), dan emas kejuaraan senior di Austria (1997) adalah sebagian prestasi yang diraih Trisno.Di Austria, pria berkumis tipis ini bahkan mampu mencatatkan prestasi istimewa. Ia berhasil memecahkan rekor dunia kelas 60 kg dalam kategori total angkatan.Dua hari lalu, Trisno berhasil melampaui rekor dunia yang ditorehkannya tujuh tahun lalu. Lifter yang membela Lampung ini mampu mencatat total angkatan 725 kg, lebih baik dari rekor sebelumnya yang 715 kg.Sayang, karena urung dilaporkan kepada Federasi Angkat Berat Internasional (IWF), rekor Trisno tak diakui sebagai rekor dunia. Meski demikian ia mengaku tak kecewa. “Saya malah bangga karena mampu melampaui rekor dunia,” ungkap Trisno.November depan ia akan mengikuti pra kualifikasi World Games di Afrika Selatan. Di ajang internasional inilah ia berniat mengukuhkan rekor dunianya. “Disini saya akan buktikan kalau saya bisa mengangkat beban yang melampaui rekor itu,” lanjut pria bertubuh gempal ini .Meski sudah berprestasi dunia, satu persoalan selalu menggelayut di pikiran Trisno. “Bagaimana masa depan saya nanti,” ujar bapak tiga anak ini. Setiap hari, pria yang mengisi hari-harinya dengan latihan ini hanya mengandalkan honor sebagai atlet untuk menghidupi anak istrinya.Tak heran bonus 30 juta rupiah plus pekerjaan di Pemda (Pemerintah Daerah) yang dijanjikan oleh daerah buat para peraih emas sangat dinantikannya. “Selama bergelut di angkat berat, baru kali ini (PON XVI) saya mendapatkan perhatian lebih dari banyak orang. Sebenarnya saya agak surprise juga,” tuturnya.Sesungguhnya keinginan untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah bukan hanya milik Trisno seorang. Meski diperlakukan demikian atlet-atlet seperti Trisno tak pernah enggan untuk mengharumkan nama daerah atau negara. “Saya belum tahu kapan pensiun dari angkat berat,” imbuhnya. Ya, semoga Trisno bisa terus mengharumkan nama Indonesia. (mel/)

Hide Ads