Hal itu dikatakan Marko Asmer, pelatih tim Double R Racing yang dibela Sean di F3 Eropa. Menurutnya, dalam usia yang masih sangat muda -- baru 16 tahun β-- , tantangan yang dihadapi Sean sangatlah besar.
"Sean masih terlalu muda dan belum berpengalaman. Merupakan langkah panjang bagi dia untuk bisa mengendarai mobil F3 dibandingkan dengan apa yang dia tekuni sebelumnya," ujar Asmer seperti tertuang dalam keterangan pers tim manajemen Sean Gelael kepada redaksi detiksport, Kamis (30/5/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sean yang merupakan anak kandung mantan pereli nasional, Ricardo Gelael, selalu tampil di empat seri pertama F3 Eropa musim ini, yaitu di Monza (Italia), Silverstone (Inggris), Hockenheim (Jerman), dan Brands Hatch (Inggris). Hanya saja ia belum berhasil mendapatkan poin. Finis terbaiknya adalah nomor 14 di Race 1 di seri pembuka di Monza.
"Ia anak yang baik," sambung Asmer soal Sean. "Hampir semua pebalap lawannya sudah terbiasa berlomba di hampir semua trek balapan, sedangkan ia baru mendatanginya!
"Okelah, ia membuat beberapa kesalahan di musim ini. Tapi tapi membuat kesalahan Anda takkan pernah bisa belajar. Itu merupakan bagian dari seluruh proses untuk menjadi pebalap yang tangguh," imbih pria Estonia yang pernah menjadi test driver tim Formula 1 Williams itu.
Akhir pekan ini Sean akan menghadapi seri kelima F3 Eropa di sirkuit Red Bull Racing di kawasan Spielberg, Styria, Austria. Sirkuit ini pernah dipakai untuk balapan Formula 1 dari 1970 sampai 1987.
Sebelum turun di Red Bull Ring, akhir pekan lalu Sean turun di kelas F3 Inggris dalam statusnya sebagai debutan dan rookie, bersama tim Double R Racing Dallara-Mercedes. Hasilnya luar biasa. Dari tiga race ia naik podium ketiga sebanyak dua kali, yaitu di Race 1 dan 2.
Double R Racing adalah tim asal Inggris yang bermesin Mercedes. Selain Sean, pebalap mereka yang lain adalah Antonio Giovinazzi (Italia/20 tahun) dan Tatiana Calderon (Kolombia/20 tahun).
(a2s/mfi)











































