Soal darah balap yang mengalir dalam diri Rifat, Halina, dan Rizal memang berasal dari orang tua mereka: Helmi Sungkar dan Kamaria Ekawanti. Helmi sudah menggeluti balap sejak lama, sementara Kamaria adalah putri pasangan Soehirman dan Atika Oetji, pemilik perusahaan otomotif Inremco Soehirman Gondokesoemo.
Kisah cinta Helmi dan Ria (panggilan akrab Kamaria) bahkan dimulai di lintasan balap. Tepatnya garis start kejuaraan nasional Reli Jawa-Bali pada tahun 1972. Kisah kasih mereka berdua ternyata awet sampai sekarang, dan melahirkan putra-putri yang juga menggeluti dunia balap serta menorehkan prestasi membanggakan. Bukan cuma anak laki-laki, sang putri juga punya minat besar pada otomotif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejatinya Ria dan Helmy tak pernah memaksakan putra-putrinya untuk reli. Namun karena keseharian mereka tidak bisa dilepaskan dari kegiatan otomotif, termasuk menjadi promotor, maka hal tersebut langsung berpengaruh pada anak-anak mereka.

"Setiap akhir pekan orang-orang mengajak anak-anak mereka belanja ke mall, sedangkan kami diajak nonton balap," cetus Rifat menceritakan masa kecilnya.
Maka kegiatan sehari-hari Keluarga Sungkar pun tak lepas dari modifikasi mobil, beragam perlombaan reli dan prestasi berupa diraihnya podium. "Hari biasa Papa kerja di bengkel, wajar kan kalau saya sejak kecil sudah hapal mobil dan onderdilnya," lanjut suami Sissy Pricilla itu.
Kalau kemudian keluarga Sungkar banyak meraih prestasi, itu rasanya tidak bisa dilepaskan dari prinsip yang dipunya sang Ibu. Ria menegaskan ke anak-anaknya kalau setiap aktivitas yang menyita banyak waktu haruslah disertai prestasi. Apalagi jika hanya dijalani sebagai hobi balap dan modifikasi mobil terbilang mahal. Rifat dan Rizal pun 'dipacu' untuk meraih podium setiap kali balapan.
Pada awalnya Rifat dan Rizal coba-coba ikut kejuaraan nasional reli. Meski promotornya ayah sendiri, keduanya tetap wajib membayar iuran keikutsertaan. Seiring berjalannya waktu, prestasi demi prestasi terus mereka torehkan. Penghargaan Bintang Prestasi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2006 menjadi salah satu bukti akan hal tersebut.
Meski bangga dengan 'dinasti balap' yang dibangunnya, kekhawatiran orang tua terhadap anak dan cucu yang beraksi dalam kecepatan tinggi tetap tak bisa dihilangkan. Dengan usia yang kini sudah 85 tahun, Atika Oetji tak pernah berhenti waswas jika cucu-cucunya sedang menggeber mobil dalam kecepatan tinggi.

"Dulu reli mengandalkan ketepatan waktu, tapi sekarang kecepatan. Siapa yang cepat sampai finis dia yang juara, risikonya lebih besar makanya bikin waswas," kata Atika yang di sela waktunya menggemari tontonan tenis di layar kaca.
Atika sih tetap berharap ada penerus reli sebagai ciri khas keluarganya, atau paling tidak menjadi atlet di cabang olahraga lain. Suaminya juga bukan pereli saja, Soeherman pernah menjadi peserta PON di cabang sapta lomba. Ria juga pernah ikut serta dalam timnas bridge.
"Kalau bisa mewakili Indonesia itu lebih bagus. Kami semua dulu juga senang olahraga. Yang muda-muda harus bisa berolahraga lebih banyak lagi, kalau bisa tidak cuma reli," kata dia.

===
Artikel sebelumnya:
Dinasti Olahraga Indonesia (Bagian 1): Mainaky Bersaudara: Meraih Prestasi, Membibit Generasi
Dinasti Olahraga Indonesia (Bagian 2): Gagang Sapu yang Melanjutkan Dinasti Angkat Besi Nasution
Dinasti Olahraga Indonesia (Bagian 3): Sandow Mendobrak Gaya Kuno Lifter Nasional
Dinasti Olahraga Indonesia (Bagian 4): Harry Tjong dan Dua Generasi Sepakbolanya
Dinasti Olahraga Indonesia (5): Generasi Sepakbola dalam Keluarga: Antara Kebanggaan dan Harapan
Dinasti Olahraga Indonesia (6): Radja Nasution dan Raja-raja Kolam Renang Indonesia
Dinasti Olahraga Indonesia (7): Radja Nasution Menunggu Sang Putra Mahkota
(fem/din)