Tahun 1998 adalah tahun pertama Chris John mengeluti dunia tinju di Indonesia. Setahun kemudian ia mulai melakoni kejuaraan pertamanya di tingkat nasional yang ketika itu melawan almarhum petinju Alfarizi. Dari situ pula ia mendapat pengalaman cedera pertama yang cukup parah.
"Pertarungan itulah yang sangat berkesan karena sejak ronde awal saya sudah mendapatkan pukulan telak dan jatuh di ronde awal. Selesai pertarungan, saya mengalami cedera parah pada hidung saya," cerita Chris kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"2003 saya pertama kali bertarung di WBA. Saya tahu, saya tidak diunggulkan tapi ketika itu saya merasa tidak akan melewatkan kesempatan itu. Dan akhirnya saya mendapatkan gelar juara WBA kelas bulu," lanjutnya.
Pada 26 September 2003 Chris John merebut titel interim WBA dengan mengalahkan Oscar Leon. Ia resmi menyandang status juara dunia setelah menaklukkan petinju Jepang, Osamu Sato, pada 4 Juni 2006.
Petinju berjulukan "The Dragon" itu pada perjalanannya berhasil mempertahankan gelarnya itu sebanyak 17 kali. Baru ketika menghadapi petinju Afrika Selatan, Simpiwe Vetyeka, di Perth, Australia, minggu lalu, ia kalah. Selain kehilangan gelar, Chris John pun merasakan kekalahan dalam kariernya. Ia pun menyatakan gantung sarung tinju alias pensiun.
"Olahraga itu ada saatnya menang ada saatnya kalah," ucapnya.
Di balik perjalannya dia selama ini, Chris mengaku mendapatkan semua hasil yang dia dapatkan tersebut berkat dukungan penuh dari sang Ayah. Dia selalu menanamkan motivasi yang didapatkan dari orang tuanya itu.
"Ayah saya bilang kesuksesan itu bisa didapatkan kalau ada kesiapan dan kesempatan. Saya berusaha keras untuk bisa menjadi juara. Dan itu adalah pengalaman besar saya," ungkap pria yang awalnya menggeluti cabang bela diri wushu itu.
"Segala sesuatu itu butuh kerja keras. Fokus untuk bisa mengeluti pekerjaan yang kita tekuni. Juga tidak pernah berhenti belajar dan kekuatan doa. Itu kunci kesuksesan saya selama ini," simpulnya.
(ads/a2s)