Akui Kans Gulat Kecil, Pelatih Kritisi Program Satlak Prima

Akui Kans Gulat Kecil, Pelatih Kritisi Program Satlak Prima

- Sport
Kamis, 20 Mar 2014 14:20 WIB
Jakarta -

Pelatih nasional Bunyamin mengakui peluang cabang gulat untuk raih medali di Asian Games 2014 sangat kecil. Hal ini disebabkan kurangnya tim gulat Indonesia berpartisipasi dalam kejuaraan internaisonal.

"Jujur kita tidak punya kans. Di Kejuaraan Asia itu banyak juara dunia yang akan turun," sahut Bunyamin dalam bincang-bincang dengan detikSport, Kamis(20/3/2014).

Alih-alih menargetkan satu medali emas, untuk membawa pulang satu medali pun diakuinya sulit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan dia, hampir 90 persen gulat itu dikuasai atlet dari Asia seperti Korea Utara, Jepang, India, Iran. Sisanya itu diambil Eropa dan Amerika. Di jajaran Asia sendiri, Indonesia hanya ada pada posisi 20 besar.

"Ya ini yang saya bilang, kita jarang mengikuti event internasional. Jadi secara kualitas juga kurang," cetusnya.

Padahal menurut dia, idealnya seorang atlet mengikuti kejuaraan internasional atau turnamen dua sampai tiga kali dalam setahun. Ujicoba juga bagus sebagai wadah untuk mengasah kemampuan seorang atlet nasional.

Keterlambatan pemusatan latihan nasional (pelatnas) dan anggaran yang belum turun juga turut andil mempersempit peluang.

"Sejak awal saja kita sudah dibuat bimbang, ini sebenarnya ada pelatnas atau tidak. Karena SK saja baru keluar pertengahan Februari kemarin.‎ Dapat SK persoalan juga tak selesai karena anggaran untuk pelatnas belum juga turun sampai sekarang.  Sementara pihak PB juga tak berani menalangi kita.

"Untungnya kita bisa memanfaatkan KONI Kalimantan Timur, yang kebetulan juga tengah melakukan pelatnas mandiri," terangnya.

Tak cukup sampai disitu, Bunyamin juga menyoroti soal tes lanjutan oleh Satlak Prima terkait rencana Dewan Satlak Prima untuk menerbitkan SK tim inti Pelatnas Asian Games per 1 April mendatang, yang dinilainya mempersulit atlet daerah. Tes tersebut berupa tes fisik, psikologis, dan kesehatan yang dilaksanakan di Jakarta, dari tanggal 12 sampai 20 Maret ini.

Ia tak menampik jika tes itu cukup penting, utamanya tes kesehatan karena erat kaitannya dengan kondisi fisik atlet. Hanya saja ia merasa keberatan dengan penerapan lokasinya yang berada di Jakarta.

"Kita belum ke sana karena tidak ada dana. Saya baca di email undangan kalau tidak salah panitia tidak menanggung kita ke Jakarta, karena tidak ada anggaran. Ya, pakai dana siapa? Harusnya kalau keadaannya seperti itu, Satlak kerja sama dengan rumah sakit daerah, baru hasilnya diberikan ke sana. Tapi tidak ada yang menyebut seperti itu. Makanya kalau nanti ditegor Prima, silahkan saja. Saya tidak terlalu berharap karena memang kondisinya seperti ini," ungkapnya.

"Tapi walau begitu, kita tetap optimistis lah. Kalau Tuhan berkehendak kita pasti bisa jalan. Kita tetap latihan dengan sarana yang ada."

(mcy/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads