Dari Hobi Melompat-lompat Sejak Kecil, Maria Londa Jadi Atlet Nasional Berprestasi

Dari Hobi Melompat-lompat Sejak Kecil, Maria Londa Jadi Atlet Nasional Berprestasi

- Sport
Jumat, 19 Sep 2014 17:19 WIB
Jakarta -

Ia menyandang status sebagai atlet pemegang rekor SEA Games cabang atletik nomor lompat jangkit putri. Maria Londa sudah gemar melompat-lompat sejak kecil.

Di bulan ini Maria akan membela Indonesia untuk pertama kalinya di Asian Games. Setelah sukses di level Asia Tenggara, setahap demi setahap wanita kelahiran 29 Oktober 1990 ini akhirnya bisa menembus level Asia.

Berkaca dari sekian prestasi multicabang level Asia Tenggara yang ia lakoni. anak pertama dari tiga bersaudara ini memang tak langsung meraih medali emas. Semua ia bangun secara pelan-pelan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak kecil, Maria sudah hobi yang namanya melompat. ‎Faktor geografis yang kurang bagus di kawasan tempat tinggalnya di Denpasar, Bali, menjadi salah satu pencetus kenapa ia suka melompat.-lompat.

Saat ia duduk di bangku sekolah dasar pun ada mata pelajaran olahraga yang mengajarkan soal lompat jauh. Dari situ Maria semakin ketagihan dan menjadikan itu sebagai hobi.

Menariknya, ia pintar mengubah hobinya sebagai sesuatu yang menghasilkan untuk dirinya sendiri. Ia jadi sering ikut lomba-lomba lompat jauh di turnamen dan kejuaraan di Bali sejak kelas 3 SD (Sekolah Dasar)‎.

Saat kelas 5 SD ia dikirim ke Jakarta untuk mengikuti Kejuaraan Nasional Usia Dini mewakili daerah Bali, hasilnya ia memperoleh peringkat tiga. Kelas 6 SD, Maria mulai melirik lompat jangkit. Dari situlah talenta Maria di kedua nomor itu semakin hari semakin terlihat.

Memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) prestasi Maria semakin moncer. Beberapa Kejuaraan Nasional Remaja Junior, hingga PON (Pekan Olahraga Nasional) yang namanya medali perunggu, perak, sampai emas hampir selalu di tangan.

Di level Asia Tenggara (SEA Games), Maria tercatat mendapat dua medali perunggu di SEA Games tahun 2009, dua medali perak SEA Games 2011 di Palembang, dan dua medali emas SEA Games 2013 di Myanmar. Masing-masing medali dari dua nomor yang ia ikut yakni lompat jauh dan lompat jangkit.

Di luar Asia Tenggara, ia pernah mengikuti Kejuaraan Dunia tahun 2007 di Osaka, dan dua kali mencicipi Asian Indoor Games. Belum ditambah dengan beberapa turnamen open yang bisa dibilang perolehannya selalu medali emas.

Terhitung sudah ada sekitar 50 medali emas dari hasil keringatnya selama di bidang olahraga, baik itu tingkat nasional maupun internasional. Medali itu pun ia pajang dalam sebuah lemari kaca buatan sang ayah.

"Kalau dihitung-hitung ada sekitar 50 medali emas. Semua tersimpan di lemari yang buat secara khusus sama papah. Karena sudah cukup banyak soalnya kan dari kecil," cerita Maria kepada detiksport.

Dukungan dari keluarga memang tak pernah lepas dari perjalanan karier Maria di dunia olahraga. Bahkan sampai sekarang, ibundanya selalu mampir ke lokasi latihan hanya untuk membawa sarapan untuk anak sulungnya tersebut.

"Orang tua saya memang selalu mendukung, malah kalau bisa dibilang mereka ketat sekali untuk soal asupan gizi. Jadi makan yang manis-manis dilarang, yang pedas juga. Apalagi jelang pertandingan terutama papah, dia itu paling ketat," ungkap Maria.

Kini, sejak ayahnya sudah meninggal tiga tahun lalu. Maria merasa ada yang sedikit berkurang. Beruntung dua adiknya dan ibunya tidak pernah putus memberi dukungan, termasuk persiapan Asian Games tahun ini.

"Hampir setiap pekan saya datang ke rumah untuk kumpul dengan keluarga. Mama juga sering bawa makanan kalau saya sedang sibuk latihan. Itu kenapa saya lebih senang latihan di Bali ketimbang di Jakarta supaya saya dekat dengan keluarga, dan saya juga bisa memantau mereka," bebernya.

Maklum, sejak ditinggal ayahnya Maria menjadi tulang punggung keluarga. Hasil prestasi dari lompatannya sedikit banyak untuk membiayai kuliah kedua adiknya.

"Sudah bisa biayain kebutuhan pribadi sejak 6 SD. Tapi mengurusi keluarga sejak ayah meninggal. Dulu papa saya wiraswasta punya toko interior, tapi sekarang ditutup karena tidak ada yang mengurus. Sementara mama juga mengurus adik," ungkapnya membeberkan.



Menjadi tulang punggung keluarga di tengah kendala persiapan yang minim bagi kebanyakan atlet memang cukup sulit. Namun Maria memandangnya justru dari sisi positif. Ia melihat apa yang ia gelutinya ini sebagai hobi. Kebetulan saja hobi yang ia jalani ini bisa menghasilkan jadi tidak ada yang perlu dibebani.

"Saya sangat menikmati setiap lompatan saya karena saya memang suka melompat," ujarnya.

Nyatanya, selain hobi dan dukungan keluarga, racikan sang pelatih Ketut Pageh juga menjadi salah satu faktor utama Maria bisa tampil oke dalam setiap pertandingan.

"Ini semua berkat mukzizat Tuhan, dan juga pelatih saya, Ketut Pageh yang akhirnya membuat saya seperti ini. Dia itu sudah seperti ayah saya sendiri, dia tahu semua tentang saya dari masalah keluarga, prestasi hingga soal pacar," urainya.

Lantas bagaimana dengan target di Asian Games tahun ini?

"Semua pasti ingin menang. Tapi bagi saya yang penting pecahin rekor pribadi dulu. Itu sudah menjadi kemenangan buat saya. Masalah medali emas, perak, perunggu, itu Tuhan kasih jatah buat saya," kata Maria.

"Saat ini pun saya masih menjalani latihan sampai waktu sepekan ke depan. Ya mudah-mudahan saat pertandingan 27 September nanti bisa kasih yang terbaik."



(mcy/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads