Seni bela diri asli Indonesia, pencak silat, diklaim semakin dilirik oleh masyarakat dunia. Namun, hingga kini cabang tersebut tak kunjung diperlombakan di event multicabang internasional.
Di kawasan Asia Tenggara silat memang sudah lama eksis, yakni mulai dipertandingkan di SEA Games sejak 1987. Namun, untuk masuk ke level Asia saja sampai sekarang belum terwujud.
Silat pernah dijadikan cabang eksibisi pada Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan, tapi sampai tiga edisi berikutnya olahraga ini tak juga resmi menjadi cabang Asian Games. Apalagi untuk masuk ke Olimpiade.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini anggota PERSILAT sudah 40 lebih, dan baru-baru ini kami menerima aplikasi baru dari tiga negara yaitu Tajikistan, Kazakhstan, dan Kyrgistan. Artinya, peminat pencak silat memang terus berkembang," ungkap Sekjen PERSILAT, Teddy Suratmadji, di Madrid, Spanyol, Selasa (30/9/2014).
Diakui bahwa untuk bisa memasukkan pencak silat sebagai cabang Olimpiade memerlukan proses yang tak mudah, salah satunya adalah mendapat dukungan dari sedikitnya 70 negara anggota IOC, yang memiliki federasi cabang tersebut. Artinya, pengembangan silat ke seluruh dunia tak bisa ditawar-tawar lagi.
"Untuk itulah kita akan menandatangi kerja sama (MoU) dengan Spanyol, Bulgaria, dan Belanda, supaya silat juga semakin diperhitungkan oleh negara-negara khususnya Eropa. Setelah itu kita akan melakukan hal serupa dengan negara-negara lain," sahut Deputi Menpora Bidang Pembudayaan Olahraga, Faisal Abdullah.
Faisal menambahkan, dari Kongres Diaspora tahun 2013 telah dicabangkan program "Road to UNESCO", yakni memperjuangkan pencak silat sebagai warisan asli dari Indonesia. Kini program tersebut ditambahkan menjadi "Pencak Silat Road to UNESCO dan Olympic".
Upaya ini disyukuri oleh Eddy Nalapraya, mantan ketua umum IPSI yang juga dikenal sebagai "Bapak Pencak Silat Indonesia" dan juga tokoh pencak silat dunia. Ia mengatakan, baru kali ini ia melihat ada keseriusan dari pemerintah untuk mendukung upaya membesarkan silat ke level internasional.
"Selama puluhan tahun saya mengurus pencak silat, baru kali ini ada perhatian dari Kemenpora untuk memperkenalkan pencak silat ke dunia. Selama ini kami (IPS) ya berjalan sendiri saja. Jadi, terus terang saya terharu betul dan berterima kasih sekali," ucap "pendekar" berusia 84 tahun itu.
"Perlu diingat, misi ini bukan semata-mata olahraga, tapi silat sudah termasuk 'tugas budaya'. Jangan sampai ke depan silat tidak dilihat orang sebagai seni bela diri dari Indonesia, padahal sudah ada 40 negara yang telah jadi anggota Persilat," tambahnya.
Eddy pun mengingatkan agar momen Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018 menjadi kesempatan besar untuk menjadikan silat sebagai cabang olahraga internasional.
"Ini sudah emergency. Kami berharap betul pencak silat bisa dipertandingkan di Asian Games, karena besok itu kita tuan rumah. Saya miris sekali ketika kita menjadi tuan rumah Islamic Solidarity Games (2013 di Palembang), silat tidak perlombakan, padahal banyak negara peserta sudah memiliki atlet-atlet pencak silat," sahut Eddy yang juga pernah menjadi wakil gubernur DKI Jakarta itu.
Pada road show ini, selain menandatangani MoU, Kemenpora juga akan menampilkan atraksi pencak silat dari PP IPSI, dengan perwakilan atlet/pelatih dari perguruan Pamur dan Merpati Putih. (a2s/din)