Tim Indonesia berangkat ke Asian Games 2014 dengan target medali emas dengan jumlah cukup "wah"--yang jika terpenuhi akan menjadi capaian terbaik kedua Indonesia di gelaran tersebut. Pada akhirnya target jumlah emas itu cuma terpenuhi setengahnya.
Keberangkatan kontingen 'Merah Putih' ke Incheon lalu disertai dengan target masuk 10 besar klasemen akhir negara partisipan, di mana jumlah medali emas yang dipatok sebagai target minimal adalah sembilan keping.
Sebagai target, bidikan acapkali memang mesti dipancang tinggi-tinggi. Tetapi tetap saja tidak sedikit yang menanggapi target sembilan medali emas tersebut dengan pesimistis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu faktor persiapan, seperti try out atlet dan juga pengadaan perlengkapan perlombaan, yang buruk pun dikedepankan. Tentu tak mudah untuk meraih prestasi tertinggi jika ada kendala-kendala semacam itu.
"Persiapan Asian Games terkait peralatan kali ini paling buruk dibandingkan sebelumnya. Ini situasi yang gila, pemerintah malah jadi penghambat prestasi kami," kata pelatih pelatnas boling Thomas Tan kepada detikSport awal September lalu.
"Kalau kita terlalu pede dengan emas, nanti malah jadi bahan tertawaan orang-orang. Kami harus berkaca dengan persiapan sendiri. Selama 2013 itu kita ngapain? Tidak ada aktivitas, ikut SEA Games saja juga tidak. Ujicoba dibatasi dua kali. Ya kita berkaca sajalah dari situ," sambung Andi Ardiansyah, atlet voli pantai, dalam obrolan lain bersama detikSport.
Boling dan Voli Pantai adalah dua cabang olahraga yang pada awalnya digadang-gadang akan bisa bersaing memburu medali emas. Bukan tak berdasar mengingat medali emas pernah dipersembahkan Boling nomor Tunggal Putra Asian Games 2006 dan Voli Pantai berhasil menyumbang medali perak dan perunggu dalam gelaran tahun 1998, 2002, dan 2006.
Secara lengkap, Indonesia siap berangkat ke Asian Games 2014 dengan berpartisipasi dalam 23 cabang--dari total 37 cabang yang dipertandingkan--dan ditargetkan meraih 8 emas, 11 perak, dan 44 perunggu.
Voli Pantai lalu menyusul diharapkan menyumbang emas, bersama-sama dengan delapan cabang lain yang sebelumnya sudah diproyeksikan meraih keping tersebut, yakni Balap Sepeda, Boling, Rowing (nomor LM28), Soft Tenis, Bulutangkis (2 emas masing-masing dari ganda campuran dan ganda putra), Berkuda, Angkat Besi, dan Wushu.
"8 emas ini dilihat dari beberapa hasil uji coba cabor. Tapi bisa saja dalam sisa satu bulan kedepan ini ada perubahan yang signifikan. Artinya mudah-mudahan target 8 emas itu bisa bertambah jadi 9, bahkan lebih. Sementara satu emas lain yang diharapkan bisa memenuhi target 9 emas dari pemerintah. Kita harapkan diambil dari salah satu cabang. Bisa saja dapat dari voli pantai atau cabang lainnya. Semua kan tergantung di lapangan nanti seperti apa," ucap Ketua Satuan Pelaksana Program Emas Suwarno pertengahan Agustus lalu.
Pada akhirnya, seperti diketahui bersama, Indonesia mengakhiri gelaran di Incheon dengan koleksi 4 medali emas, 5 perak, dan 11 perunggu. Total 20 medali tersebut menyamai total medali Indonesia pada Asian Games 2006 di Doha (2 emas, 4 perak, 14 perunggu), Asian Games 1986 di Seoul (1 emas, 5 perak, dan 14 perunggu), dan Asian Games 1970 di Bangkok (2 emas, 5 perak, 13 perunggu), sekaligus yang paling rendah sejak Asian Games 1982 di New Delhi ketika cuma meraih 15 medali (4 emas, 4 perak, 7 perunggu).
Mengenai medali emas, apa yang diraih atlet Indonesia pada Asian Games kali ini juga memunculkan kejutan-kejutan kecil di luar prediksi. Dari bulutangkis, misalnya, ada pasangan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari yang di luar dugaan meraih emas. Juga ada Maria Natalia Londa di nomor lompat jauh yang sukses mengakhiri paceklik emas 16 tahun dari cabang Atletik di Asian Games. Dua emas lain diraih oleh ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di cabang Bulutangkis dan Juwita Niza Wasni yang kelimpahan emas Wushu nomor Nanquan setelah atlet Malaysia didiskualifikasi akibat doping.
Jumlah medali emas Indonesia ini sendiri, kendatipun tidak mencapai target, sejatinya tidak terlalu melenceng dari apa yang sudah diraih dalam gelaran-gelaran Asian Games beberapa saat terakhir; Indonesia juga cuma meraih 4 medali emas dalam dua dari tiga penyelenggaraan terakhir pesta olahraga multicabang se-Asia tersebut.
Setelah menggondol 6 medali emas pada gelaran Asian Games 1998, Indonesia kemudian cuma bisa meraih 4 keping emas pada Asian Games 2002 dan 2010, sedangkan pada satu gelaran di antaranya, Asian Games 2006, Indonesia cuma meraih 2 medali emas. Patut disimak bahwa pada tahun 2010 lalu, tiga dari empat medali emas Indonesia didapat dari cabang Perahu Naga yang tahun ini memang tak lagi dipertandingkan di Incheon.
Apapun, menilik statistik yang ada memang terlihat kecenderungan adanya stagnasi prestasi Indonesia dalam hal perolehan jumlah medali emas di Asian Games. Sulit untuk menepis anggapan bahwa target tinggi yang dicanangkan, kendatipun mungkin untuk melecut semangat, malah jadi sama sekali tidak realistis khususnya jika mempertimbangkan faktor persiapan.
"Kalau menurut saya target itu bukan meleset, tapi memang sejak awal sudah salah perkiraan. Mereka tak realistis memasang target. Ada kalanya PB itu menyodorkan target yang tak relevan dan disetujui begitu saja oleh Prima," kata Ivana Lie, mantan pebulutangkis yang juga pernah menjabat sebagai staff ahli menteri, dalam percakapan dengan detikSport, Senin (6/10/2014).
Itu semua tentunya diharapkan dapat dibenahi mengingat gelaran Asian Games berikutnya bakal dilangsungkan di Jakarta dan Palembang--yang mana menjadi kesempatan kedua Indonesia menjadi tuan rumah dalam sejarah perhelatan ajang tersebut sekaligus yang kedua sejak 1962. Toh, dengan diawali persiapan yang benar-benar solid dan prima, pencanangan target yang muncul kemudian, setinggi apapun itu, lebih mungkin dibarengi dengan munculnya optimisme, kesiapan, dan semangat. Ini pada akhirnya diharapkan benar-benar akan mendorong lahirnya prestasi membanggakan--tak lagi semata-mata target tinggi di atas kertas belaka.
Keikutsertaan Indonesia di Asian Games
Tahun | Peringkat | Emas | Perak | Perunggu | Total |
1951 - New Delhi | 7 | 0 | 0 | 5 | 5 |
1954 - Manila | 11 | 0 | 0 | 3 | 3 |
1958 - Tokyo | 14 | 0 | 0 | 6 | 6 |
1962 - Jakarta | 2 | 11 | 12 | 28 | 51 |
1966 - Bangkok | 7 | 5 | 5 | 12 | 32 |
1970 - Bangkok | 9 | 2 | 5 | 13 | 20 |
1974 - Teheran | 9 | 3 | 4 | 4 | 11 |
1978 - Bangkok | 7 | 8 | 7 | 18 | 33 |
1982 - New Delhi | 6 | 4 | 4 | 7 | 15 |
1986 - Seoul | 9 | 1 | 5 | 14 | 20 |
1990 - Beijing | 7 | 3 | 6 | 21 | 30 |
1994 - Hiroshima | 11 | 3 | 12 | 11 | 26 |
1998 - Bangkok | 11 | 6 | 10 | 11 | 27 |
2002 - Busan | 14 | 4 | 7 | 12 | 23 |
2006 - Doha | 22 | 2 | 4 | 14 | 20 |
2010 - Guangzhou | 15 | 4 | 9 | 13 | 26 |
2014 - Incheon | 17 | 4 | 5 | 11 | 20 |