Menpora Ingin Aktifkan Lagi Program Sport Intelligence

Jakarta - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tengah menggagas program intelijen olahraga. Program ini bertujuan untuk membantu meningkatkan prestasi olahraga Indonesia khususnya di ajang-ajang internasional.

‎Dalam waktu dekat Indonesia akan menghadapi berbagai multievent seperti SEA Games 2015 di Singapura, Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, dan menjadi tuan rumah Asian Games 2018.

Intelijen olahraga (sport intelligence) dianggap sebagai salah satu program yang bisa membantu persoalan prestasi olahraga Indonesia yang saat ini tengah terpuruk. Sebagai gambaran, pada SEA Games 2013 di Myanmar, Indonesia hanya meraih posisi empat dari target juara umum yang dicanangkan. Di Asian Games 2014 kontingen "Garuda" terpuruk di peringkat 17.

Belajar dari kegagalan itu, pemerintah diharapkan bisa memfasilitasi apa yang menjadi faktor kegagalan olahraga Indonesia. Salah satunya dengan membuat program intelijen olahraga.

Intelijen olahraga nantinya akan terdiri dari sejumlah orang yang fungsinya untuk memantau kekuatan negara-negara lawan. Selain itu juga untuk melihat pola latihan atlet negera-negara lain, sekaligus mencari kelemahan lawan.

Dikatakan Sekretaris Menpora, Alfitra Salam, intelijen olahraga sangat penting untuk kemajuan prestasi olahraga Indonesia. Terlebih sampai saat ini belum ada peningkatan olahraga yang signifikan.

"Saya memilih diskusi soal intelijen olahraga ini karena memang kami memandang perlu. Sejauh ini yang saya lihat kesadaran kita akan intelijen olahraga itu kurang. Buktinya, pada Asian Games kemarin. Ketika atlet kita main, orang Indonesia banyak yang nonton. Giliran atlet lain yang main justru kita pergi. Padahal perlu juga melihat bagaimana atlet luar. Dari sini saja sudah kelihatan kesadaran akan intelijen olahraga kita kurang," tuturnya dalam acara diskusi di kantor Kemenpora, Jakarta, Kamis (4/12/2014).

"Selain itu, kami juga merasa kurangnya data-data soal atlet. Jangankan berskala nasional atau internasional, antarprovinsi saja tidak ada. Padahal setiap cabang olahraga perlu ada yang ahli untuk memata-matai kekuatan lawan."

Program intelijen olahraga ini sempat dibuat di tahun 2006 di era Menpora Adhyaksa Dault, namun kemudian vakum.

"Kami akan membentuk sebuah tim kecil yang bertugas untuk kembali mengkaji masalah. Sekaligus kami juga akan memikirkan mengenai sumber daya manusia (SDM) yang akan menjadi pelaku intelijen olahraga itu," tambah Alfitra.

(mcy/a2s)