Kapan Indonesia Punya Sports Center?

Kapan Indonesia Punya Sports Center?

- Sport
Kamis, 15 Jan 2015 19:08 WIB
Jakarta - Pembagunan sports center atau sentra olahraga terpadu dinilai sangat mendesak untuk secepatnya dilakukan pemerintah Indonesia. Bukan sekadar demi Asian Games, namun untuk target jangka panjang yang lebih besar.

Demikian diungkapkan pengamat olahraga Fritz Simanjuntak dalam Diskusi Kamisan bertema 'Meraup prestasi di Ajang Internasional' yang digelar di Media Center Kemenpora, Kamis (15/1/2015).

Beberapa negara disebutnya sudah memetik sukses atas pembagunan pusat olahraga terpadu. Buah sukses tersebut memang tidak instan, namun di jangka panjang bisa mengantar sukses di level dunia. Hal tersebut sudah dilakukan China dan Australia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedua negara itu memulainya dengan menentukan sasaran terlebih dahulu (defining victory). Pertanyaan saya, dari saya masih pengurus KONI, atau zaman olahraga, sasaran Indonesia apa sih? Olimpiade-kah, Asian Games, atau SEA Games. Kita enggak jelas," cetusnya.

"Australia mengatakan defining victory mereka adalah ketika mereka ingin menjadi tuan rumah Sydney 2000. Tahu apa yang mereka lakukan, di Canberra mereka membuat sports center. Di sana pelatnas dibangun dengan segala macam fasilitas olahraga modern untuk olahraga unggulan. Katakan itu untuk negara liberalis."

"Atau China yang merupakan negara sosialis. Ketika tahun 2000 mereka menganggap gagal di Olimpiade. Saat itu mereka langsung menetapkan sasaran dan membuat proyek 119. Apa itu? itu adalah target China pada 10 tahun mendatang menjadi tuan rumah yakni 119 medali emas. Memasuki tahun 2008, sebelum Olimpiade dilakukan, mereka tidak hanya mengkampanyekan itu, tapi dari situ mereka membuat kompleks olahraga di Beijing," papar dia.

"Nah kemudian, Indonesia punya apa? ada Pal, Prima. Tapi saya masih tidak tahu dimana sih latihannya?" sindirnya.

"Saya hanya ingatkan, whatever proses pembinaan atlet yang dilakukan. Itu tidak akan tercapai jika Indonesia tidak punya pusat pelatihan nasional yang ada sport sciencenya, rumah sakitnya, ada monitoring IT developmentnya. Terlebih saat ini Indonesia akan menggelar Asian Games 2018. Apakah masih mau mengandalkan pusat latihan seperti Senayan yang dibangun 50 tahun lalu. Saya pikir itu memalukan."

Olahraga Indonesia sebelumnya diberi harapan akan memiliki pusat olahraga terpadu di Hambalang. Namun pembangunannya malah terganjal kasus korupsi dan pada akhirnya terbengkalai sampai sekarang.

"Jadi saran saya, ulangi keberhasilan orang lama dan negara-negara sukses seperti China, Australia. Mereka punya sport center. Kita? enggak ada. Hambalang pun mangkrak," katanya.

"Jadi saya pikir pemerintah perlu membangun pusat pelatihan nasional, nanti biar semua atlet dikumpulkan di sana. Sekarang mau bikin target 10 besar Asia dengan torehan sembilan medali emas. Pertanyaannya bagaimana cara mencapai itu? Saya enggak yakin. Pasti jawabannya hanya di kertas saja."

"Beda, kalau Indonesia dibuat sport center lagi, atlet elite diubek-ubek di sport center itu, saya yakin prestasi olahraga kita bangkit. Karena faktanya tujuh sasaran dari Satlak Prima hanya satu yang berhasil. Itupun saat menjadi tuan rumah SEA Games 2011 di Jakarta.
Β 
Sementara enam target lainnya, seperti Olimpiade 2012 London, gagal capai target. SEA Games 2013 Myanmar, dan Asian Games 2014 Korea Selatan juga bernasib serupa.

"Kita sudah masuk negara G20, itu hebat loh. Masuk 20 negara terbesar di dunia. Masa bangun sport center saja tidak bisa. Itu yang memperlihatkan pemerintah fokus atau tidak. Jadi saya juga tidak bisa serta merta menyalahkan Satlak Prima saja soal kegagalan prestasi atlet Indonesia," katanya.

Lantas apakah waktu yang tiga tahun cukup untuk membangun sport center? Proses pembagunan disebut Fritz Simanjuntak sangat mungkin dilakukan. Di sana proses pembinaan atlet malah bisa langsung dimulai. Itu disebutnya akan jadi pondasi untuk membangun olahraga Indonesia yang lebih berprestasi di masa mendatang.

"Membangun sport center itu bisa saja, hanya memang untuk cabang-cabang olahraga tertentu, yang sudah jelas prioritasnya. Nanti baru dikembangkan," katanya.

"Jakabaring bisa. Tapi kenapa Pemerintah sepertinya kurang (mendukung)? ya, semua olahraga ini dianggap proyek. Karena olahraga itu habis pakai. Jadi kalau pertanyaan kenapa engga mau, engga ada proyeknya lagi nanti," pungkasnya.

(mcy/din)

Hide Ads